tag:blogger.com,1999:blog-29620278997081260602024-03-12T15:44:28.731-07:00Kumpulan Cerita DewasaKumpulan Cerita Dewasa ini berisikan Kumpulan Koleksi Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Mesum, Cerita Bokep, Cerita Memek, Cerita Seru, Cerita Ngentot.Artist Hot Gossiphttp://www.blogger.com/profile/09318639630899075687noreply@blogger.comBlogger11125tag:blogger.com,1999:blog-2962027899708126060.post-26318798488957243912012-07-13T04:39:00.000-07:002012-07-13T04:39:12.642-07:00Cerita Dewasa Sedarah Dengan Adik Iparku<a href="http://www.liputanterbaru.com/2011/10/cerita-dewasa-sedarah-dengan-tanteku.html">Cerita dewasa</a> sedarah kali ini terjadi dengan salah seorang adek iparku yang memang memiliki nafsu birahi yang besar, cerita panas dewasa ini di mulai saat aku menyapa adek iparku....“Masak apa Yen?” kataku sedikit mengejutkan adik iparku, yang saat itu sedang berdiri sambil memotong-motong tempe kesukaanku di meja dapur. “Ngagetin aja sih, hampir aja kena tangan nih,” katanya sambil menunjuk ibu jarinya dengan pisau yang dipegangnya. “Tapi nggak sampe keiris kan?” tanyaku menggoda. “Mbak Ratri mana Mas, kok nggak sama-sama pulangnya?” tanyanya tanpa menolehku. “Dia lembur, nanti aku jemput lepas magrib,” jawabku. “Kamu nggak ke kampus?” aku balik bertanya. “Tadi sebentar, tapi nggak jadi kuliah. Jadinya pulang cepat.” “Aauww,” teriak<br />
Yeyen tiba-tiba sambil memegangi salah satu jarinya. Aku langsung menghampirinya, dan kulihat memang ada darah menetes dari jari telunjuk kirinya. “Sini aku bersihin,” kataku sambil membungkusnya dengan serbet yang aku raih begitu saja dari atas meja makan.<br />
<br />
Yeyen nampak meringis saat aku menetesinya dengan Betadine, walau lukanya hanya luka irisan kecil saja sebenarnya. Beberapa saat aku menetesi jarinya itu sambil kubersihkan sisa-sisa darahnya. Yeyen nampak terlihat canggung saat tanganku terus membelai-belai jarinya. “Udah ah Mas,” katanya berusaha menarik jarinya dari genggamanku. Aku pura-pura tak mendengar, dam masih terus mengusapi jarinya dengan tanganku. Aku kemudian membimbing dia untuk duduk di kursi meja makan, sambil tanganku tak melepaskan tangannya. Sedangkan aku berdiri persis di sampingnya. “Udah nggak apa-apa kok Mas, Makasih ya,” katanya sambil menarik tangannya dari genggamanku. Kali ini ia berhasil melepaskannya. “Makanya jangan ngelamun dong. Kamu lagi inget Ma si Novan ya?” godaku sambil menepuk-nepuk lembut pundaknya. “Yee, nggak ada hubungannya, tau,” jawabnya cepat sambil mencubit punggung lenganku yang masih berada dipundaknya.<br />
<br />
Kami memang akrab, karena umurku dengan dia hanya terpaut 4 tahun saja. Aku saat ini 27 tahun, istriku yang juga kakak dia 25 tahun, sedangkan adik iparku ini 23 tahun. “Mas boleh tanya nggak. Kalo cowok udah deket Ma temen cewek barunya, lupa nggak sih Ma pacarnya sendiri?” tanyanya tiba-tiba sambil menengadahkan mukanya ke arahku yang masih berdiri sejak tadi. Sambil tanganku tetap meminjat-mijat pelan pundaknya, aku hanya menjawab, “Tergantung.” “Tergantung apa Mas?” desaknya seperti penasaran. “Tergantung, kalo si cowok ngerasa temen barunya itu lebih cantik dari pacarnya, ya bisa aja dia lupa Ma pacarnya,” jawabku sekenanya sambil terkekeh. “Kalo Mas sendiri gimana? Umpamanya gini, Mas punya temen cewek baru, trus tu cewek ternyata lebih cantik dari pacar Mas. Mas bisa lupa nggak Ma cewek Mas?” tanya dia. “Hehe,” aku hanya ketawa kecil aja mendengar pertanyaan itu. “Yee, malah ketawa sih,” katanya sedikit cemberut. “Ya bisa aja dong. Buktinya sekarang aku deket Ma kamu, aku lupa deh kalo aku udah punya istri,” jawabku lagi sambil tertawa. “Hah, awas lho ya. Ntar Yeyen bilangan lho Ma Mbak Ratri,” katanya sambil menahan tawa. “Gih bilangin aja, emang kamu lebih cantik dari Mbak kamu kok,” kataku terbahak, sambil tanganku mengelus-ngelus kepalanya. “Huu, Mas nih ditanya serius malah becanda.” “Lho, aku emang serius kok Yen,” kataku sedikit berpura-pura serius.<br />
<br />
Kini belaian tanganku di rambutnya, sudah berubah sedikit menjadi semacam remasan-remasan gemas. Dia tiba-tiba berdiri. “Yeyen mo lanjutin masak lagi nih Mas. Makasih ya dah diobatin,” katanya. Aku hanya membiarkan saja dia pergi ke arah dapur kembali. Lama aku pandangi dia dari belakang, sungguh cantik dan sintal banget body dia. Begitu pikirku saat itu. Aku mendekati dia, kali ini berpura-pura ingin membantu dia. “Sini biar aku bantu,” kataku sambil meraih beberapa lembar tempe dari tangannya. Yeyen seolah tak mau dibantu, ia berusaha tak melepaskan tempe dari tangannya. “Udah ah, nggak usah Mas,” katanya sambil menarik tempe yang sudah aku pegang sebagian. Saat itu, tanpa kami sadari ternyata cukup lama tangan kami saling menggenggam. Yeyen nampak ragu untuk menarik tangannya dari genggamanku. Aku melihat mata dia, dan tanpa sengaja pandangan kami saling bertabrakan. Lama kami saling berpandangan. Perlahan mukaku kudekatkan ke muka dia. Dia seperti kaget dengan tingkahku kali ini, tetapi tak berusaha sedikit pun menghindar. Kuraih kepala dia, dan kutarik sedikit agar lebih mendekat ke mukaku. Hanya hitungan detik saja, kini bibiku sudah menyentuh bibirnya. “Maafin aku Yen,” bisiku sambil terus berusaha mengulum bibir adik iparku ini. Yeyen tak menjawab, tak juga memberi respon atas ciumanku itu. Kucoba terus melumati bibir tipisnya, tetapi ia belum memberikan respon juga.<br />
<br />
Tanganku masih tetap memegang bagian belakang kepala dia, sambil kutekankan agar mukanya semakin rapat saja dengan mukaku. Sementara tangaku yang satu, kini mulai kulingkarkan ke pinggulnya dan kupeluk dia. “Sshh,” Yeyen seperti mulai terbuai dengan jilatan demi jilatan lidahku yang terus menyentuh dan menciumi bibirnya. Seperti tanpa ia sadari, kini tangan Yeyen pun sudah melingkar di pinggulku. Dan lumatanku pun sudah mulai direspon olehnya, walau masih ragu-ragu. “Sshh,” dia mendesah lagi. Mendengar itu, bibirku semakin ganas saja menjilati bibir Yeyen. Perlahan tapi pasti, kini dia pun mulai mengimbangi ciumanku itu. Sementara tangaku dengan liar meremas-remas rambutnya, dan yang satunya mulai meremas-remas pantat sintal adik iparku itu. “Aahh, mass,” kembali dia mendesah. Mendengar desahan Yeyen, aku seperti semakin gila saja melumati dan sesekali menarik dan sesekali mengisap-isap lidahnya. Yeyen semakin terlihat mulai terangsang oleh ciumanku. Ia sesekali terlihat menggelinjang sambil sesekali juga terdengar mendesah. “Mas, udah ya Mas,” katanya sambil berusaha menarik wajahnya sedikit menjauh dari wajahku.<br />
<br />
Aku menghentikan ciumanku. Kuraih kedua tangannya dan kubimbing untuk melingkarkannya di leherku. Yeyen tak menolak, dengan sangat ragu-ragu sekali ia melingkarkannya di leherku. “Yeyen takut Mas,” bisiknya tak jauh dari ditelingaku. “Takut kenapa, Yen?” kataku setengah berbisik. “Yeyen nggak mau nyakitin hati Mbak Ratri Mas,” katanya lebih pelan. Aku pandangi mata dia, ada keseriusan ketika ia mengatakan kalimat terakhir itu. Tapi, sepertinya aku tak lagi memperdulikan apa yang dia takutkan itu. Kuraih dagunya, dan kudekatkan lagi bibirku ke bibirnya. Yeyen dengan masih menatapku tajam, tak berusaha berontak ketika bibir kami mulai bersentuhan kembali. Kucium kembali dia, dan dia pun perlahan-lahan mulai membalas ciumanku itu. Tanganku mulai meremas-remas kembali rambutnya. Bahkan, kini semakin turun dan terus turun hingga berhenti persis di bagian pantatnya. Pantanya hanya terbalut celana pendek tipis saja saat aku mulai meremas-remasnya dengan nakal. “Aahh, Mas,” desahnya. Mendengar desahannya, tanganku semakin liar saja memainkan pantat adik iparku itu. Sementara tangaku yang satunya, masih berusaha mencari-cari payudaranya dari balik kaos oblongnya. Ah, akhirnya kudapati juga buah dadanya yang mulai mengeras itu. Dengan posisi kami berdiri seperti itu, batang penisku yang sudah menegang dari tadi ini, dengan mudah kugesek-gesekan persis di mulut vaginanya.<br />
<br />
Kendati masih sama-sama terhalangi oleh celana kami masing-masing, tetapi Yeyen sepertinya dapat merasakan sekali tegangnya batang kemaluanku itu. “Aaooww Mas,” ia hanya berujar seperti itu ketika semakin kuliarkan gerakan penisku persis di bagian vaginanya. Tanganku kini sudah memegang bagian belakang celana pendeknya, dan perlahan-lahan mulai kuberanikan diri untuk mencoba merosotkannya. Yeyen sepertinya tak protes ketika celana yang ia kenakan semakin kulorotkan. Otakku semakin ngeres saja ketika seluruh celananya sudah merosot semuanya di lantai. Ia berusaha menaikan salah satu kakinya untuk melepaskan lingkar celananya yang masih menempel di pergelangan kakinya. Sementara itu, kami masih terus berpagutan seperti tak mau melepaskan bibir kami masing-masing. Dengan posisi Yeyen sudah tak bercelana lagi, gerakan-gerakan tanganku di bagian pantatnya semakin kuliarkan saja.<br />
<br />
Ia sesekali menggelinjang saat tanganku meremas-remasnya. Untuk mempercepat rangsangannya, aku raih salah satu tanganya untuk memegang batang zakarku kendati masih terhalang oleh celana jeansku. Perlahan tangannya terus kubimbing untuk membukakan kancing dan kemudian menurunkan resleting celanaku. Aku sedikit membantu untuk mempermudah gerakan tangannya. Beberapa saat kemudian, tangannya mulai merosotkan celanaku. Dan oleh tanganku sendiri, kupercepat melepaskan celana yang kupakai, sekaligus celana dalamnya. Kini, masih dalam posisi berdiri, kami sudah tak lagi memakai celana. Hanya kemejaku yang menutupi bagian atas badanku, dan bagian atas tubuh Yeyen pun masih tertutupi oleh kaosnya. Kami memang tak membuka itu. Tanganku kembali membimbing tangan Yeyen agar memegangi batang zakarku yang sudah menegang itu. Kini, dengan leluasa Yeyen mulai memainkan batang zakarku dan mulai mengocok-ngocoknya perlahan. Ada semacam tegangan tingi yang kurasakan saat ia mengocok dan sesekali meremas-remas biji pelerku itu. “Oohh,” tanpa sadar aku mengerang karena nikmatnya diremas-remas seperti itu. “Mas, udah Mas. Yeyen takut Mas,” katanya sambil sedikit merenggangkan genggamannya di batang kemaluanku yang sudah sangat menegang itu. “Aahh,” tapi tiba-tiba dia mengerang sejadinya saat salah satu jariku menyentuh klitorisnya.<br />
<br />
Lubang vagina Yeyen sudah sangat basah saat itu. Aku seperti sudah kerasukan setan, dengan liar kukeluar-masukan salah satu jariku di lubang vaginanya. “Aaooww, mass, een, naakk..” katanya mulai meracau. Mendengar itu, birahiku semakin tak terkendali saja. Perlahan kuraih batang kemaluanku dari genggamannya, dan kuarahkan sedikit demi sedikit ke lubang kemaluan Yeyen yang sudah sangat basah. “Aaoww, aaouuww,” erangnya panjang saat kepala penisku kusentuh-sentukan persis di klitorisnya. “Please, jangan dimasukin Mas,” pinta Yeyen, saat aku mencoba mendorong batang zakarku ke vaginanya. “Nggak Papa Yen, sebentaar aja,” pintaku sedikit berbisik ditelinganya. “Yeyen takut Mas,” katanya berbisik sambil tak sedikit pun ia berusaha menjauhkan vaginanya dari kepala kontolku yang sudah berada persis di mulut guanya. Tangan kiri Yeyen mulai meremas-remas pantatku, Sementara tangan kanannya seperti tak mau lepas dari batang kemaluanku itu. Untuk sekedar membuatnya sedikit tenang, aku sengaja tak langsung memasukan batang kemaluanku. Aku hanya meminta ia memegangi saja. “Pegang aja Yen,” kataku pelan.<br />
<br />
Yeyen yang saat itu sebenarnya sudah terlihat bernafsu sekali, hanya mengangguk pelan sambil menatapku tajam. Remasan demi remasan jemari yeyen di batang zakarku, dan sesekali di buah zakarnya, membuatku kelojotan. “Aku udah gak tahan banget Yen,” bisikku pelan. “Yeyen takut banget Mas,” katanya sambil mengocok-ngocok lembut kemaluanku itu. “Aahh,” aku hanya menjawabnya dengan erangan karena nikmatnya dikocok-kocok oleh tangan lembut adik iparku itu. Kembali kami saling berciuman, sementara tangan kami sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Saat bersamaan dengan ciuman kami yang semakin memanas, aku mencoba kembali untuk mengarahkan kepala kontolku ke lubang vaginanya. Saat ini, Yeyen tak berontak lagi. Kutekan pantat dia agar semakin maju, dan saat bersamaan juga, tangan Yeyen yang sedang meremas-remas pantatku perlahan-lahan mulai mendorongnya maju pantatku. “Kita sambil duduk, sayang,” ajaku sambil membimbing dia ke kursi meja makan tadi. Aku mengambil posisi duduk sambil merapatkan kedua pahaku.<br />
<br />
Sementara Yeyen kududukan di atas kedua pahaku dengan posisi pahanya mengangkang. Sambil kutarik agar dia benar-benar duduk di pahaku, tanganku kembali mengarahkan batang kemaluanku yang posisinya tegak berdiri itu agar pas dengan lubang vagina Yeyen. Ia sepertinya mengerti dengan maksudku, dengan lembut ia memegang batang kemaluanku sambil berupaya mengepaskan posisi lubang vaginanya dengan batang kemaluanku. Dan bless, perlahan-lahan batang kemaluanku menusuk lubang vagina Yeyen. “Aahh, aaooww, mass,” Yeyen mengerang sambil kelojotan badannya. Kutekan pinggulnya agar dia benar-benar menekan pantatnya. Dengan demikian, batang kontolku pun akan melesak semuanya masuk ke lubang vaginanya. “Yeenn,” kataku. “Aooww, ter, russ mass.., aahh..” pantatnya terus memutar seperti inul sedang ngebor. “Ohh, nik, nikmat banget mass..” katanya lagi sambil bibirnya melumati mukaku. Hampir seluruh bagian mukanku saat itu ia jilati. Untuk mengimbangi dia, aku pun menjilati dan mengisap-isap puting susunya.<br />
<br />
Darahku semakin mendidih rasanya saat pantatnya terus memutar-mutar mengimbangi gerakan naik-turun pantatku. “Mass, Yee, Yeeyeen mau,” katanya terputus. Aku semakin kencang menaik-turunkan gerakan pantatku. “Aaooww mass, please mass” erangnya semakin tak karuan. “Yee, Yeyeen mauu, kee, kkeeluaarr mass,” ia semakin meracau. Namun tiba-tiba, “Krriingg..” “Aaooww, Mas ada yang datang Mas..” bisik Yeyen sambil tanpa hentinya mengoyang-goyangkan pantatnya. “Yenn,” suara seseorang memanggil dari luar. “Cepetan buka Yenn, aku kebelet nih,” suara itu lagi, yang tak lain adalah suara Ratri kakaknya sekaligus istriku. <br />
<br />
“Hah, Mbak Ratri Mas,” katanya terperanjat. Yeyen seperti tersambar petir, ia langsung pucat dan berdiri melompat meraih celana dalam dan celana pendeknya yang tercecer di lantai dapur. Sementara aku tak lagi bisa berkata apa-apa, selain secepatnya meraih celana dan memakainya. Sementara itu suara bel dan teriakan istriku terus memanggil. “Yeenn, tolong dong cepet buka pintunya. Mbak pengen ke air nih,” teriak istriku dari luar sana. Yeyen yang terlihat panik sekali, buru-buru memakai kembali celananya, sambil berteriak, “Sebentarr, sebentar Mbak..” “Mas buruan dipake celananya,” Yeyen masih sempet menolehku dan mengingatkanku untuk secepatnya memakai celana.<br />
<br />
Ia terus berlari ke arah pintu depan, setelah dipastikan semuanya beres, ia membuka pintu. Aku buru-buru berlari ke arah ruang televisi dan langsung merebahkan badan di karpet agar terlihat seolah-olah sedang ketiduran. “Gila,” pikirku. “Huu, lama banget sih buka pintunya? Orang dah kebelet kayak gini,” gerutu istriku kepada Yeyen sambil terus menyelong ke kamar mandi. <br />
<br />
“Iya sori, aku ketiduran Mbak,” kata Yeyen begitu istriku sudah keluar dari kamar mandi. “Haa, leganyaa,” katanya sambil meraih gelas dan meminum air yang disodorkan oleh adiknya. “Mas Jeje mana Yen?” “Tuh ketiduran dari tadi pulang ngantor di situ,” kata Yeyen sambil menunjuk aku yang sedang berpura-pura tidur di karpet depan televisi. “Ya ampun, Mas kok belum ganti baju sih?” kata istriku sambil mengoyang-goyangkan tubuhku dengan maksud membangunkan. “Pindah ke kamar gih Mas,” katanya lagi. Aku berpura-pura ngucek-ngucek mata, agar kelihatan baru bangun beneran. Aku tak langsung masuk kamar, tapi menyolong ke dapur mengambil air minum. “Lho katanya pulang ntar abis magrib, kok baru jam setengah lima udah pulang? Kamu pulang pake apa?” tanyaku berbasa-basi pada istriku. “Nggak jadi rapatnya Mas. Pake taksi barusan,” jawab dia. “Lho, kamu lagi masak toh Yen? Kok belum kelar gini dah ditinggal tidur sih?” kata istriku kepada Yeyen setelah melihat irisan-irisan tempe berserakan di meja dapur. “Mana berantakan, lagi,” katanya lagi. “Iya tadi emang lagi mo masak.<br />
<br />
Tapi nggak tahan ngantuk. Jadi kutinggal tidur aja deh,” Yeyen berusaha menjawab sewajarnya sambil senyum-senyum. Sore itu, tanpa mengganti pakaiannya dulu, akhirnya istrikulah yang melanjutkan masak. Yeyen membantu seperlunya. Sementara itu, aku hanya cengar-cengir sendiri saja sambil duduk di kursi yang baru saja kupakai berdua dengan Yeyen bersetubuh, walau belum sempat mencapai puncaknya. “Waduh, kasihan Yeyen. Dia hampir aja sampai klimaksnya padahal barusan, eh keburu datang nih mbaknya,” kataku sambil nyengir melihat mereka berdua yang lagi masak.Artist Hot Gossiphttp://www.blogger.com/profile/09318639630899075687noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2962027899708126060.post-75755996364612682952011-10-22T12:12:00.000-07:002011-10-22T12:12:58.706-07:00Cerita Panas ABG Hot Gadis SMP<a href="http://www.liputanterbaru.com/2011/06/cerita-panas-abg-17tahun.html">Cerita panas abg</a> kali ini dimulai ketika suatu hari ada kegiatan belajar bersama dengan gadis abg yang masih hot, dan <a href="http://www.liputanterbaru.com/2011/06/cerita-panas-tante-girang.html">cerita panas</a> ini hanya untuk berbagi dengan teman-teman semua yang menyukai cerita abg yang memang payudara dan memeknya masih perawan-perawan, mungkin cerita panas kali ini berbeda dengan <a href="http://ceritapanas-di.blogspot.com/2011/10/cerita-panas-abg-bispak.html"><u>cerita panas abg bispak</u></a> sebelumnya sebab di cerita kali abg nya memang sangat liar dan hot sekali dalah hal bercinta, oke kita mulai saja <a href="http://ceritapanasdi.blogspot.com/2011/10/cerita-dewasa-panas-abg-dan-pembantu.html">cerita dewasa abg</a> nya.......Ketika sedang belajar bersama, aku coba pancing nafsu Sari dengan cara kududuk di sebelah Rina. Aku rangkul Rina, kucium pipinya, bibirnya dan kuraba dadanya. Rina saat itu memakai kaos tanpa BH. Rina membalasnya. Lalu kudorong dia agar tiduran di karpet. Kami saling bergumul. Melihat hal itu, Sari kaget juga. Dia menutupi wajahnya. Karena selama ini kami berhubungan diam-diam. Tidak pernah secara terang-terangan. Kali itu kami berbuat seolah-olah tidak ada orang lain selain kami berdua, untuk memancing nafsu Sari. Perbuatan kami semakin memanas. Karena Rina sudah telanjang dada. Lalu Rina menurunkan celana pendeknya. Dia langsung bugil karena tidak memakai celana dalam. Aku pun tidak tinggal diam, kulepas semua pakaianku. Kugeluti dia. Lalu kami mengambil posisi 69. Rina di atas. Kami saling menghisap.<br />
“Aaahhh.., Mmasss.., sshshshs… Masss.. enaaakkk Mass.., ooohh..!” desah Rina dibesar-besarkan.<br />
“Ohhh.. Riiinnn… hisap yang kuaattt Riinnnn..!” desahku juga.<br />
Kulihat Sari sudah tidak menutupi wajahnya lagi.<br />
<br />
Kira-kira lima menit saling menghisap, Rina berdiri memegang batang kemaluanku dan mengarahkan ke liang senggamanya yang sudah tidak perawan lagi. Menurunkan pantatnya dengan perlahan.<br />
“Bless..!” langsung masuk seluruhnya.<br />
“Aaahhhh… Maasss.., aaahhh.., ssshhh.., aaahhh..!” desahnya.<br />
Lalu dengan perlahan dinaik-turunkan pantatnya. Pertama-tama perlahan. Makin lama semakin cepat.<br />
“Aahh.. ooohhh.., sh.. sh.. ooohhh… Iiihhh..!” erangnya. Kulirik Sari, dia memandangi ekspresi Rina. Sepertinya dia sudah terangsang berat. Karena wajahnya merah padam, nafasnya memburu. Tangannya memegang dadanya. Gerakan Rina semakin tidak terkendali. Pantatnya berputar-putar sambil naik turun. Kira-kira 10 menit, aku rasakan liang kewanitaan Rina sudah berkedut-kedut. Dia mau sampai klimakasnya. Dan akhirnya pantatnya menghujam batang keperkasaanku dalam sekali.<br />
“Aaahhh.. Masss… Akuuu… sammmpppeee.. Maasss..!”<br />
“Syuuurr… syurrr..” kehangatan menyelimuti kepala senjataku.<br />
<br />
Dia langsung terguling ke sebelahku. Senjataku tercabut dari liang kenikmatannya dan berhamburanlah cairan dari liang senggamanya ke karpet. Aku memang tidak begitu menghayati permainan ini, karena pikiranku selalu ke Sari. Jadi pertahananku masih kuat. Aku bangkit dengan telanjang bulat. Kuhampiri Sari. Sari kaget karena aku menghampirinya masih dengan bertelanjang bulat. Langsung kupeluk dia. Kuciumi seluruh wajahnya. Tidak ada penolakan darinya, tetapi juga tidak ada reaksi apa-apa. Benar-benar masih polos. Lama-lama tangannya mulai memelukku. Dia mulai menikmatinya. Membalas ciumanku, walau lidahnya belum bereaksi. Kuusahan semesra mungkin aku mencumbunya. Dan akhirnya mulutnya membuka sedikit berbarengan dengan desahannya.<br />
“Aaahhh.. Maasss..!” nafasnya mulai memburu.<br />
Kumasukkan lidahku ke mulutnya. Kubelit lidahnya perlahan-lahan. Dia pun membalasnya. Tanganku mulai meraba dadanya. Terasa putingnya sudah mengeras di bukit kembarnya yang kecil. Kuremas-remas keduanya bergantian.<br />
“Maaasss.. oooohhhh.. Mmmasss.. shshhshshs…” desahnya.<br />
<br />
Kulepas ciumanku. Kupandangi wajahnya sambil tanganku mengangkat kaosnya. Dia diam saja. Lepas sudah kaosnya, sekarang tinggal BH mininya. Kulepaskan juga pengaitnya. Dia masih diam saja. Akhirnya terpampanglah bukit kembarnya yang kecil lucu. Seperti biasa, untuk menaklukan seorang perawan, tidak bisa terburu-buru. Harus sabar dan dengan kata-kata yang tepat. “Bukan maaiinnn. Susumu bagus sekali Sar..!” kataku sambil memandangi bukit kembarnya.<br />
Warnanya tidak seputih Rina, agak coklat seperti warna kulitnya. Aku elus perlahan-lahan sekali. Kusentuh-sentuh putingnya yang sudah menonjol. Setiap kusentuh putingnya, dia menggelinjang. Kutidurkan dia ke karpet. Lalu kuciumi dada kanannya, yang kiri kuremas-remas. “Aaahhh.., ssshhh.., Maaasss.., aaaddduuuhhh… aaa..!”<br />
Bergantian kiri kanan. Kadang ciumanku turun ke arah perutnya, lalu naik lagi. Tangan kananku sudah mengelus-ngelus pahanya. Dia masih memakai celana panjang katun. Kadang-kadang kuelus-elus selangkangannya. Dia mulai membuka pahanya. Sementara itu Rina sudah pergi ke kamar mandi. Karena kudengar suara guyuran air.<br />
<br />
Setelah aku yakin dia sudah di puncak nafsunya, kupandangi wajahnya lagi. Wajahnya sudah memerahkarena nafsunya. Ini saatnya. Lalu tanganku mulai membuka pengait celananya, retsletingnya, dan menurunkan celana panjangnya sekalian dengan celana dalamnya. Tidak ada penolakan. Bahkan dia membantunya dengan mengangkat pantatnya. Dia memandangiku sayu. Bukit kemaluannya kecil tidak berbulu. Hampir sama dengan kepunyaan Titin dulu. Mungkin karena sama-sama orang Sunda. Kupandangi bibir kemaluannya. Dia menutupinya dengan kedua tangannya. Kutarik tangannya perlahan sambil kudekatkan wajahku. Mulanya tangannya menutup agak keras, tetapi lama-lama mulai melemah. Kucium bibir kewanitaannya. Aaahhh.., segar sekali harumnya. Kuulangi beberapa kali. Setiap kucium, pantatnya dinaikkan ke atas sambil mendesah. “Aaahhh… Masss.., mmm.. sshshshs…” Batang kejantananku yang tadi sudah agak lemas, mulai mengeras lagi.<br />
<br />
Lalu kubuka bibir kewanitaannya dengan jariku. Sudah basah. Kutelusuri seluruh liangnya dengan jariku, lalu lidahku. Dia semakin menggelinjang. Lidahku menari-nari mencari kedele-nya. Setelah dapat, kujilat-jilat dengan cepat sambil agak kutekan-tekan. Reaksinya, gelinjangnya makin hebat, pantatnya bergoyang ke kiri dan ke kanan. “Adduuuhhh… Maasss… aaahhh.. ssshhh.. aaahhh..!” Kuangkat kedua kakinya, kutumpangkan ke pundakku, sehingga liang kewanitaannya semakin membuka. Kupandangi belahan kewanitaannya. Betapa indah liangnya. Hangat dan berkedut-kedut. “Saarr.., memekmu bagus betul.. Wangi lagi…” Kembali kuhisap-hisap. Dia semakin keras mendesah. Kira-kira 5 menit kemudian, pahanya menjepit leherku keras sekali. Lubang keperawanannya berdenyut-denyut cepat sekali. Dan, “Syurrr… syurrr…” menyemburlah cairan kenikmatannya.<br />
Kuhirup semuanya. Manis, asin, gurih menjadi satu. Aaasshhh… segarnya. Kakinya sudah melemas.Kuturunkan kakinya, kukangkangkan pahanya. Kuarahkan batang keperkasaanku ke liangnya sambil kupandangi wajahnya. “Boleh Sarr..?” tanyaku memohon persetujuannya. Matanya memandangku sayu, tidak bertenaga. Dia hanya mengangguk.<br />
“Pelan-pelan yaa Mass..!”<br />
Kuoles-oleskan kepala kemaluanku dengan cairan pelumas yang keluar dari liang senggamanya. Lalu kugesek-gesekkan kepala kejantananku ke bibir kenikmatannya. Kuputar-putar sambil menekan perlahan.<br />
<br />
“Aaahhh.. Maasss… Ooohhh..!” dia mendesah.<br />
Lalu kutekan dengan amat perlahan. Kepalanya mulai masuk. Kuperhatikan kemaluannya menggembung karena menelan kepala keperkasaanku. Ketekan sedikit lagi. Kulihat dia menggigit bibir bawahnya. Kuangkat pantatku sedikit dengan amat perlahan. Lalu kudorong lagi. Begitu berulang-ulang sampai dia tidak meringis.<br />
“Ayooo… Masss.. aaahhh.. ooohhh.., ssshhhshshhh..!”<br />
Lalu kudorong lagi. Masuk sepertiganya. Dia meringis lagi. Kutahan sebentar, kutarik perlahan, lalu kudorong lagi. Terasa kepala batang kejantananku mengenai selaput tipis. Nah ini dia selaputnya.<br />
“Kok enggak dalam..? Belum masuk setengahnya udah kena..!” batinku dalam hati.<br />
“Sar.., tahan sedikit yaa..!”<br />
Lalu kucium bibirnya. Kami berciuman, saling mengulum. Dan dengan tiba-tiba kutekan batang keperkasaanku dengan keras.<br />
“Pret..!” kemaluanku menabrak sesuatu yang langsung sobek.<br />
Dia mau menjerit, tetapi karena mulutnya kusumpal, maka tidak ada suara yang keluar. Kudiamkan sebentar kejantananku agar liang keperawanannya mau menerima benda tumpul asing. Lalu kutarik ulur perlahan-lahan. Setelah terlihat dia tidak merasa kesakitan, kutekan lebih dalam lagi. Kutahan lagi. Kuangkat perlahan, kutekan sedikit lagi. Begitu berulang-ulang sampai senjataku masuk semuanya. Dia tetap tidak bisa bicara karena mulutnya kulumat. Kutahan kemaluanku di dalam, kulepaskan ciumanku. Liang senggamanya menjepit seluruh batangku di semua sisi. Rasanya bukan main nikmatnya.<br />
<br />
“Gimana Sar..?”<br />
“Sakiittt Masss… Periiihhh… Mmmm..!”<br />
“Tahan aja dulu, sebentar lagi ilang kok…” sambil kucabut sangat perlahan.<br />
Kutekan lagi sampai menyentuk ujung rahimnya. Begitu berulang-ulang. Ketika kutarik, kulihat kemaluan Sari agak tertarik sampai kelihatan agak menggembung, dan kalau kutekan, agak mblesek menggelembung. Setelah 5 atau 6 kali aku turun naik, terasa agak mulai licin. Dan Sari pun tidak terlihat kesakitan lagi.<br />
“Sar.., memekmu sempit banget. Ooohhh enak sekali Sar..!” bisikku sambil mempercepat gerakanku.<br />
<br />
Dia sepertinya sudah merasa nikmat.<br />
“Aaahhh… eennnaaakkk… Masss… aaahhh.. shshshshsh…” desahnya. Kupercepat terus.<br />
“Ah.. ah.. ahh.. ooo.. shshsh.. aaaddduuuhhh… ooohhh..!” pantatnya mulai bergerak mengimbangi gerakanku. Kira-kira 5 menit, dia mulai tidak terkendali. Pantatnya bergerak liar. Tiba-tiba dia menekuk, kedua kakinya menjepit pantatku sambil mengangkat pantatnya. Bibir kemaluannya berkedut-kedut.<br />
Dan, “Sysurrr.. syuurrr..” dua kali kepala kejantananku disembur oleh cairan hangatnya.<br />
Karena aku dari tadi sudah mau keluar dan kutahan-tahan, maka kupercepat gerakanku.<br />
“Masss… Uuudddaaahhh.. Mmasss.. Aaaddduuhhh.. Gellii.. Maass..!” teriaknya.<br />
Aku tidak peduli. Keringatnya sudah seperti orang mandi. Kupercepat terus gerakanku, akhirnya, “Crooot… cruuuttt..” tiga kali aku menembakan cairanku di liang kenikmatannya.<br />
Lalu aku ambruk di sebelahnya.<br />
<br />
Tiba-tiba, “Plok.. plok.. plok..” terdengar suara tepukan.<br />
Rupanya Rina sudah dari tadi memperhatikan kami berdua.<br />
“Mas hebat… Sari.. selamat yaa..!” katanya sambil mencium pipi Sari.<br />
Sari hanya bisa tersenyum di sela-sela nafasnya yang masih ngos-ngosan.<br />
“Enak Sar..?” tanyanya lagi.<br />
Sari hanya bisa mengangguk lemah. Lalu aku memeluk Sari.<br />
“Sari. Terima kasih yaa..!” kataku sambil mengecup pipinya.<br />
“Sari juga terima kasih Mas.. Enaakkk banget ya Mass..!”<br />
<br />
Aku bangun mengambil baju-bajuku yang berserakan. Kulihat di selangkangan Sari ada bercak-bercak lendir kemerahan.<br />
“Aaaahhh… Aku dapet perawan lagi..!” batinku.<br />
Lalu aku ke kamar mandi. Selesai kumandi, gantian Sari yang mandi. Setelah semua selesai, kami hanya mengobrol saja sambil minum teh hangat yang dibuatkan Rina. Menceritakan pengalaman yang dirasakan oleh masing. Aku lemas karena dalam 2 jam sampai 3 kali main. Sejak saat itu, Sari selalu datang jam 3 sore. Dan sebelum belajar, kami selalu mengawalinya dengan pelajaran biologis. Dan Rina sepertinya mengetahui dan menyadari kalau punyanya Sari lebih oke, jadi dia mengalah selalu dapat giliran kedua. Dan mereka pun saling berbagi. Saling mencoba dan mengajari. Aku yang dijadikan alat eksperimen mereka menurut saja. Abis enak sih. Setelah pembagian raport, ternyata yang nilainya naik banyak hanya Sari. Tetapi keduanya naik kelas dengan nilai di atas rata-rata. Begitulah <a href="http://ceritapanas-di.blogspot.com/">cerita dewasa</a> pengalamanku dengan gadis-gadis SMP.Artist Hot Gossiphttp://www.blogger.com/profile/09318639630899075687noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2962027899708126060.post-63508671863642225802011-10-10T11:00:00.000-07:002011-10-10T11:00:35.952-07:00Cerita Panas AbG BispakCerita panas AbG yang bisa di pakai ini atau cerita panas ABG bispak ini terjadi ketika malam minggu, dan cerita panas abg bisa anda baca berikut ini:<br />
<br />
<blockquote>Malam minggu malam yg ditunggu tunggu para remaja untuk berwakuncar…banyak remaja yg membawa pacarnya ke mall ,bukan untuk membelikan sang pacar barang mewah tapi hanya sekedar meneraktir pacar ke bioskoop atau makan di kedai makan yg jumlahnya cukup banyak di setiap mall…tapi bagaimana klo lagi jomblo seperti gw saat ini…? no problem…malam ini walaupun gw sendirian pasti gw pulang ama cewek ,paling enggak sama bispak….hehehee…tapi nasib memang lagi mujur.. saat gw menunggu empek empek yg baru gw pesen tiba tiba datang dua orang gadis remaja 17 /18 tahunan duduk di dekat meja gw…sambil cekikikan…mereka melirik ke arah gw….wah bispak neh pikir gw….yg satu berambut panjang, susunya gede banget….yg satu berambut pendek sebahu, susunya sedang sedang aja…tapi dua duanya berkulit kuning bening…dan berwajah manis…setelah berkenalan yg berambut panjang namanya yuni dan yg berambut pendek nita…mereka blom punya pacar( gleg gleg….perawankah …gleg )<br />
Setelah makan bersama gw ajakin mereka untuk nonton film di salah satu bioskop yg ada di mall itu…dan mereka mau aja asal di bayarin….<br />
Didalam bioskop gw duduk di tengah nita di sebelah kanan dan yuni di sebelah kiri…baru lima menit film nya di putar tangan gw mulai bergerak …jatuh di bahu mereka trus turun kebawah ,pertama tangan yg kanan meremas susu nita yg ngak terlalu besar tapi sangat kenyal…wow…nita ngak marah malah diem aja menikmati remasan gw…trus tangan kiri gw juga ngak mau kalah meremas susunya sih yuni yg besar itu….kenyal,besar..wow … yunipun ngak marah malah kayaknya ketagihan untuk diremas lebih lanjut…. akhirnya gw ngak tahan lagi gw bilang sama mereka kita keluar aja yuk…film nya ngak rame ini…. kata gw lagi dan merekapun setuju….sampai di mobil mereka bilang nita ngak bisa ikut mau pulang aja…. karena sakit perut lagi mens seh…katanya …lalu gw anterin kerumah sih nita…<br />
<br />
tinggal si yuni neh…gw bawah ke hotel salak..di bogor…chek in….trus masuk kamar….sambil minum bier yuni menari nari depan gw…gw biarin dia minum dua botol heineken bier…trus dia mulai membuka bajunya wow…dua buah gunung mencuat kedepan di bungkus bHnya yg tipis…gw samperin dia gw remes remes lagi susunya yg mengkal itu dengan lincahnya gw buka tali bhnya …susunya yg besarpun terpampang bebas di depan mata gw …puting yg ke merahan itu gw masukin kemulut gw….dengan lidah gw gw isepin…sampai dia membesar dan mengeras…hhhsst…geli….hsst cuman itu yg keluar dari mulut yuni….trus gw prosotin roknya….cdnya …sekarang yuni terlanjang bugil…..bulu jembutnya blom begitu banyak…yg membuat kontol gw ngaceng….blom sempet gw rabah buljemnya yuni sudah berjongkok didepan gw memberikan blowjob…wow….kontol gw di pegangnya sambil lidahnya bermain di kepala kontol gw….wow…sadapppppppnya…..kelur masuk mulut yuni yg hangat diputerin lidahnya di kepala kontol gw di masukin lagi kedalam mulutnya….biji peler gw sekali sekali di ciumin..wow komplit banget..akhirnya gw ngecrot di mulutnya….sperma putih membasahi mulut yuni yg mungil itu….trus gw suruh dia rebahan di kasur….sekarang giliran gw beraksi…gw buka celahan bibir memeknya yg masih berwarna pink yg sudah mulai mengkilat oleh cairan birahinya….gw masukin lidah gw…gw cari itunya dengan lidah gw…gw jilatin itilnya sampai dia menjerit menahan orgasme…sambil tangannya meremas rambut gw….trus gw amabil posisi…gw naik ke atas ranjang …gw buka pahanya lebar lebar….gw bawah kontol gw kecelahan memeknya …gw gesek gesekin di celah celah memeknya itu…husssst…hhhssst…aaghhh…rintihan nya mulai terdengar..gw terusin sampai memeknya menjadi banjir cairan pelumas yg hangat dan bening itu….baru gw tekang ke arah lobang nya yg masih kecil itu …tapi baru sampai kepalanya saja yg masuk yuni mulai menjerit aauggh… pelan pelan ….kamu yg pertama..wah…masih perawan neh…ngak di sangka gw dpt perawan lagi….pelan pelan gw tarik kontol gw trus gw dorong lagi sampai permukaan lobangnya….akhirnya yuni bisa lagi menikmati permainan gw…dan lobangnya semakin becek dan licin…. sampai akhirnya gw ngak tahan …gw dorong semua kontol gw kedalam memek perawan yuni yg sempit itu…yuni menjerit..auughh sakit….sambil mencubit tangan gw….augh….augh…dan darah perawan yuni membasahi kontol gw….gw tarik pelahan lahan keluarlah beberapa tetes darah dari memeknya membasahi sprei rajang hotel salak…pelahan tapi pasti gw mulai mengoyangkan kontol gw…dorng masuk tarik lagi mulanya pelahan lalu semakin lama semakin cepat sampai yuni ngak merasa sakit lagi…dan memeknya semakin licin gw dorong dengan cepat kedalam keluar kedalam keluar….erangan sakit yuni berubah menjadi erangan nikmat…hhsst….trus…. yg dalem….trus…..hhssstt….gw berubah posisi menjadi seperti org berpush up…sehingga kontol gw bisa masuk kedalam semuanya…urat urat di sekitar kontol gw membuat yuni menjadi tambah nikmat…..uugh hhsst…aagh…. jeritnya…yaaay yyaaa….yuni sudah mencapai puncak kenikmatannya di susul sama gw….dua macam cairan hangat bersatu di dlam satu lobang….woow..nikmatnya……gw cabut kontol gw…bersamaan dengan keluarnya kontol gw keluar juga cairan hangat bercampur darah perawan dan sperma gw..dari memeknya…. hhmm ternyata dugaan gw salah dia bukan cewek bispak ,cuman cewek yg lagi jomblo kayak gw….yg sama sama butuh….ke esokan harinya…. gw bawah dia kerumah nita…sejak saat itu yuni dan nita menjadi temen seks gw ….kadang kadang kita main trio…..nita sampai saat ini blom gw perawanin….tunggu sampai memek yuni ngk sempit lagi baru nita gw perawanin…. saat ini cukup dengan lidah saja….ehhehheh….</blockquote>Artist Hot Gossiphttp://www.blogger.com/profile/09318639630899075687noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2962027899708126060.post-48478205293660955642011-10-10T10:51:00.000-07:002011-10-10T10:51:19.841-07:00Cerita Panas di Ibu Dosen dengan MahasiswanyaKumpulan cerita panas dewasa terjadi di rumah ibu dosen bersama seorang mahasiswanya, cerita panas dewasa seorang mahasiswa ini di mulai dengan di undangnya seorang mahasiswa ke rumah ibu dosennya, dan lengkapnya sebagai berikut ini cerita panasnya :D<br />
<blockquote>Ceritanya begini, pada waktu ujian tengah semester, saya dipanggil ke rumah dosen wanita yang masih agak muda, sekitar 26 tahun. Ia juga lulusan dari perguruan tinggi tersebut. Dipanggil ke rumahnya karena saya diminta untuk mengurus keperluan dia, karena dia akan ke luar kota. Malam harinya saya pun ke rumahnya sekitar jam 7 malam. Saat itu rumahnya hanya ada pembantu (yang juga masih muda dan cantik). Suaminya ketika itu belum pulang dari rapat di puncak.<br />
<br />
Saat saya membuka pintu rumahnya, saya agak terbelalak karena dia memakai gaun tidur yang tipis, sehingga terlihat payudara yang menyumbul keluar. Saat saya perhatikan, dia ternyata tidak memakai BH. Terlihat saat itu buah dadanya yang masih tegar berdiri, tidak turun. Putingnya juga terlihat besar dan kemerahan, sepertinya memiliki ukuran sekitar 36B. Sewaktu saya sedang memperhatikan Dosen saya itu, saya kepergok oleh pembantunya yang ternyata dari tadi memperhatikan saya. Sesaat saya jadi gugup, tetapi kemudian pembantu itu malah mengedipkan matanya pada saya, dan selanjutnya ia memberikan minuman pada saya. Saat ia memberi minum, belahan dadanya jadi terlihat (karena pakaiannya agak pendek), dan sama seperti dosen saya ukurannya juga besar.<br />
<br />
Kemudian dosen saya yang sudah duduk di depan saya berkata, (mungkin karena saya melihat belahan dada pembantu itu) “Kamu pingin ya “nyusu” sama buah dada yang sintal..?”<br />
Saya pun tergagap dan menjawab, “Ah… enggak kok Bu..!”<br />
Lalu dia bilang, “Nggak papa kok kalo kamu pingin.., Ibu juga bersedia nyusuin kamu.”<br />
Mungkin karena ia saya anggap bercanda, saya bilang saja, “Oh.., boleh juga tuh Bu..!”<br />
<br />
Tanpa diduga, ia pun mengajak saya masuk ke ruang kerjanya.<br />
Saat kami masuk, ia berkata, “Andre, tolong liatin ada apaan sih nih di punggung Ibu..!”<br />
Kemudian saya menurut saja, saya lihat punggungnya. Karena tidak ada apa-apa, saya bilang, “Nggak ada apa-apa kok Bu..!”<br />
Tetapi tanpa disangka, ia malah membuka semua gaun tidurnya, dengan tetap membelakangiku. Saya lihat punggungnya yang begitu mulus dan putih. Kemudian ia menarik tangan saya ke payudaranya, oh sungguh kenyal dan besar. Kemudian saya merayap ke putingnya, dan benar perkiraan saya, putingnya besar dam masih keras.<br />
<br />
Kemudian ia membalikkan tubuhnya, ia tersenyum sambil membuka celana dalamnya. Terlihat di sekitar kemaluannya banyak ditumbuhi bulu yang lebat.<br />
Kemudian saya berkata, “Kenapa Ibu membuka baju..?”<br />
Ia malah berkata, “Sudah.., tenang saja! Pokoknya puaskan aku malam ini, kalau perlu hingga pagi.”<br />
Karena saya ingin juga merasakan tubuhnya, saya pun tanpa basa-basi terus menciuminya dan juga buah dadanya. Saya hisap hingga ia merasa kegelian. Kemudian ia membuka pakaian saya, ia pun terbelalak saat ia melihat batang kejantanan saya.<br />
“Oh, sangat besar dan panjang..! (karena ukuran penis saya memang besar, sekitar 17 cm dan berdiameter 3 cm)”<br />
<br />
Dosen saya pun sudah mulai terlihat atraktif, ia mengulum penis saya hingga biji kemaluan saya.<br />
“Ah.. ahh Bu… enak sekali, terus Bu, aku belum pernah dihisap seperti ini..!” desah saya.<br />
Karena dipuji, ia pun terus semangat memaju-mundurkan mulutnya. Saya juga meremas-remas terus buah dadanya, nikmat sekali kata dosen saya. Kemudian ia mengajak saya untuk merubah posisi dan membentuk posisi 69.<br />
<br />
Saya terus menjilati vaginanya dan terus memasukkan jari saya.<br />
“Ah.. Andre, aku sudah nggak kuat nih..! Cepat masukkan penismu..!” katanya.<br />
“Baik Bu..!” jawab saya sambil mencoba memasukkan batang kemaluan saya ke liang senggamanya.<br />
“Ah.., ternyata sempit juga ya Bu..! Jarang dimasukin ya Bu..?” tanya saya.<br />
“Iya Andre, suami Ibu jarang bercinta dengan Ibu, karena itu Ibu belum punya anak, ia pun juga sebentar permainannya.” jawabnya.<br />
Kemudian ia terus menggelinjang-gelinjang saat dimasukkannya penis saya sambil berkata, “Ohh… ohhh… besar sekali penismu, tidak masuk ke vaginaku, ya Ndre..?”<br />
“Ah nggak kok Bu..” jawab saya sambil terus berusaha memasukkan batang keperkasaan saya.<br />
Kemudian, untuk melonggarkan lubang vaginanya, saya pun memutar-mutar batang kemaluan saya dan juga mengocok-ngocoknya dengan harapan melonggarkan liangnya. Dan betul, lubang senggamanya mulai membuka dan batang kejantanan saya sudah masuk setengahnya.<br />
<br />
“Ohhh… ohhh… Terus Ndre, masukkan terus, jangan ragu..!” katanya memohon.<br />
Setelah memutar dan mengocok batang kejantanan saya, akhirnya masuk juga rudal saya semua ke dalam liang kewanitaannya.<br />
“Oohh pssfff… aha hhah.. ah…” desahnya yang diikuti dengan teriakannya, “Oh my good..! Ohhh..!”<br />
Saya pun mulai mengocok batang kemaluan saya keluar masuk. Tidak sampai semenit kemudian, dosen saya sudah mengeluarkan cairan vaginanya.<br />
“Oh Andre, Ibu keluar…” terasa hangat dan kental sekali cairan itu.<br />
Cairan itu juga memudahkan saya untuk terus memaju-mundurkan batang keperkasaan saya. Karena cairan yang dikeluarkan terlalu banyak, terdengar bunyi, “Crep.. crep.. sleppp.. slepp..” sangat keras. Karena saya melakukannya sambil menghadap ke arah pintu, sehingga terdengar sampai ke luar ruang kerjanya.<br />
<br />
Saat itu saya sempat melihat pembantunya mengintip permainan kami. Ternyata pembantu itu sedang meremas-remas payudaranya sendiri (mungkin karena bernafsu melihat permainan kami). Oh, betapa bahagianya saya sambil terus mengocok batang keperkasaan saya maju mundur di liang vagina dosen saya. Saya juga melihat tontonan gratis ulah pembantunya yang masturbasi sendiri, dan saya baru kali ini melihat wanita masturbasi.<br />
<br />
Setelah 15 menit bermain dengan posisi saya berada di atasnya, kemudian saya menyuruh dosen saya pindah ke atas saya sekarang. Ia pun terlihat agresif dengan posisi seperti itu.<br />
“Aha.. ha.. ha…” ia berkata seperti sedang bermain rodeo di atas tubuh saya.<br />
15 menit kemudian ia ternyata orgasme yang kedua kalinya.<br />
“Oh, cepat sekali dia orgasme, padahal aku belum sekalipun orgasme.” batin saya.<br />
<br />
Kemudian setelah orgasmenya yang kedua, kami berganti posisi kembali. Ia di atas meja, sedangkan saya berdiri di depannya. Saya terus bermain lagi sampai merasakan batas dinding rahimnya.<br />
“Oh.. oh.. Andre, pelan-pelan Ndre..!” katanya.<br />
Kelihatannya ia memang belum pernah dimasukan batang kemaluan suaminya hingga sedalam ini. 15 menit kemudian ia ternyata mengalami orgasme yang ketiga kalinya.<br />
“Ah Andre, aku keluar, ah… ah… ahhh… nikmat..!” desahnya sambil memuncratkan kembali cairan kemaluannya yang banyak itu.<br />
<br />
Setelah itu ia mengajak saya ke bath-tub di kamar mandinya. Ia berharap agar di bath-tub itu saya dapat orgasme, karena ia kelihatannya tidak sanggup lagi membalas permainan yang saya berikan. Di bath-tub yang diisi setengah itu, kami mulai menggunakan sabun mandi untuk mengusap-usap badan kami. Karena dosen saya sangat senang diusap buah dadanya, ia terlihat terus-terusan bergelinjang. Ia membalasnya dengan meremas-remas buah kemaluan saya menggunakan sabun (bisa pembaca rasakan nikmatnya bila buah zakar diremas-remas dengan sabun).<br />
<br />
Setelah 15 menit kami bermain di bath-tub, kami akhirnya berdua mencapai klimaks yang keempat bagi dosen saya dan yang pertama bagi saya.<br />
“Oh Andre, aku mau keluar lagi..!” katanya.<br />
Setelah terasa penuh di ujung kepala penis saya, kemudian saya keluarkan batang kejantanan saya dan kemudian mengeluarkan cairan lahar panas itu di atas buah dadanya sambil mengusap-usap lembut.<br />
<br />
“Oh Andre, engkau sungguh kuat dan partner bercinta yang dahsyat, engkau tidak cepat orgasme, sehingga aku dapat orgasme berkali-kali. ini pertama kalinya bagiku Andre. Suamiku biasanya hanya dapat membuatku orgasme sekali saja, kadang-kadang tidak sama sekali.” ujar dosen saya.<br />
Kemudian karena kekelalahan, ia terkulai lemas di bath-tub tersebut, dan saya keluar ruang kerjanya masih dalam keadaan bugil mencoba mengambil pakaian saya yang berserakan di sana.<br />
<br />
Di luar ruang kerjanya, saya lihat pembantu dosen saya tergeletak di lantai depan pintu ruangan itu sambil memasukkan jari-jarinya ke dalam vaginanya. Karena melihat tubuh pembantu itu yang juga montok dan putih bersih, saya mulai membayangkan bila saya dapat bersetubuh dengannya. Yang menarik dari tubuhnya adalah karena buah dadanya yang besar, sekitar 36D. Akhirnya saya pikir, biarlah saya main lagi di ronde kedua bersama pembantunya. Pembantu itu pun juga tampaknya bergairah setelah melihat permainan saya dengan majikannya.<br />
<br />
Saya langsung menindih tubuhnya yang montok itu dengan sangat bernafsu. Saya mencoba melakukan perangsangan terlebih dulu ke bagian sensitifnya. Saya mencium dan menjilat seluruh permukaan buah dadanya dan turun hingga ke bibir kemaluannya yang ditumbuhi hutan lebat itu. Tidak berapa lama kemudian, kami pun sudah mulai saling memasukkan alat kelamin kami. Kami bermain sekitar 30 menit, dan tampaknya pembantu ini lebih kuat dari majikannya. Terbukti saat kami sudah 30 menit bermain, kami baru mengeluarkan cairan kemaluan kami masing-masing. Oh, ternyata saya sudah bermain seks dengan dua wanita bernafsu ini selama satu setengah jam. Saya pun akhirnya pulang dengan rasa lelah yang luar biasa, karena ini adalah pertama kalinya saya merasakan bercinta dengan wanita.</blockquote>Artist Hot Gossiphttp://www.blogger.com/profile/09318639630899075687noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2962027899708126060.post-57005424809479591322011-10-02T12:47:00.000-07:002011-10-02T12:47:07.507-07:00Cerita Dewasa Seks Dengan Sepupuku Anita<a href="http://ceritapanas-di.blogspot.com/">Cerita dewasa</a> ini dimulai ketika Pada saat aku masih kuliah di semester 2, ibuku sakit dan dirawat di kota S. Oh, iya aku tinggal di kota L. Cukup jauh sih dari kota S. Karena ibuku sakit, sehingga tidak ada yang masak dan menunggu dagangan. Soalnya adik-adikku semua masih sekolah. Akhirnya aku usul kepada ibuku kalau sepupuku yang ada di kota lain menginap di sini (di rumahku). Dan ide itu pun disetujui. Maka datanglah sepupuku tadi.<br />
<br />
Sepupuku (selanjutnya aku panggil Anita) orangnya sih tidak terlalu cantik, tingginya sekitar 160 cm, dadanya masih kecil (tidak nampak montok seperti sekarang). Tetapi dia itu akrab sekali dengan aku. Aku dianggapnya seperti kakak sendiri. Nah kejadiannya itu waktu aku lagi liburan semester. Waktu liburan itu aku banyak menghabiskan waktu untuk menunggu dagangan ibuku. Otomatis dong aku banyak menghabiskan waktu dengan Anita. Mula-mulanya sih biasa-biasa saja, layaknya hubungan kami sebagai sepupu. Suatu malam, kami (aku, Anita, dan adik-adikku) sudah ingin tidur. Adikku masing-masing tidur di kamarnya masing-masing. Sedang aku yang suka menonton TV, memilih tidur di depan TV. Nah, ketika sedang menonton TV, datang Anita dan nonton bersamaku, rupanya Anita belum tidur juga.<br />
<br />
Sambil nonton, kami berdua bercerita mengenai segala hal yang bisa kami ceritakan, tentang diri kami masing-masing dan teman-teman kami. Nah, ketika kami sedang nonton TV, dimana film di TV ada adegan ciuman antara laki-laki dan perempuan (sorry udah lupa tuh judul filmnya).<br />
Eh, Anita itu merespon dan bicara padaku, “Wah temenku sih biasa begituan (ciuman).”<br />
Terus aku jawab, “Eh.. Kok tau..?”<br />
Rupanya teman Anita yang pacaran itu suka cerita ke Anita kalau dia waktu pacaran pernah ciuman bahkan sampai ‘anu’ teman Anita itu sering dimasuki jari pacarnya. Tidak tanggung-tanggung, bahkan sampai dua jarinya masuk.<br />
<br />
Setelah kukomentari lebih lanjut, aku menebak bahwa Anita nih ingin juga kali. Terus aku bertanya padanya, “Eh, kamu mau juga nggak..?”<br />
Tanpa kuduga, ternyata dia mau. Wah kebetulan nih.<br />
Dia bahkan bertanya, “Sakit nggak sih..?”<br />
Ya kujawab saja, “Ya nggak tahu lah, wong belum pernah… Gimana.., mau nggak..?”<br />
Anita berkata, “Iya deh, tapi pelan-pelan ya..? Kata temenku kalo jarinya masuk dengan kasar, ‘anunya’ jadi sakit.”<br />
“Iya deh..!”, jawabku.<br />
<br />
Kami berdua masih terus menonton film di TV. Waktu itu kami tiduran di lantai. Kudekati dia dan langsung tanganku menuju selangkangannya (to the point bok..!). Kuselusupkan tangan kananku ke dalam CD-nya dan kuelus-elus dengan lembutnya. Anita tidak menolak, bahkan dengan sengaja merebahkan tubuhnya, dan kakinya agak diselonjorkan. Saat merabanya, aku seperti memegang pembalut, dan setelah kutanyakan ternyata memang sejak lima hari lalu dia sedang menstruasi.<br />
<br />
Aku tidak mencoba membuka pakaian maupun CD-nya, maklumlah takut kalau ketahuan sama adik-adikku. Dengan CD masih melekat di tubuhnya, kuraba daerah di atas kemaluannya. Kurasakan bulu kemaluannya masih lembut, tapi sudah agak banyak seperti bulu-bulu yang ada di tanganku. Kuraba terus dengan lembut, tapi belum sampai menyentuh ‘anunya’, dan terdengar suara desisan walau tidak keras. Kemudian kurasakan sekarang dia berusaha mengangkat pantatnya agar jari-jariku segera menyentuh kemaluannya. Segera kupenuhi keinginannya itu.<br />
<br />
Waktu pertama kusentuh kemaluannya, dia terjengat dan mendesis. Kugosok-gosok bibir kewanitaannya sekitar lima menit, dan akhirnya kumasukkan jari tengahku ke liang senggamanya.“Auw..,” begitu reaksinya setelah jariku masuk setengahnya dan tangannya memegangi tanganku.Setelah itu dengan pelan kukeluarkan jariku, “Eeessshhh..”, desisnya. Lalu kutanya, “Gimana..? Sakit..?”<br />
Dia menggeleng dan tanpa kusadari tangannya kini memegang telapak tangan kananku (yang berada di dalam CD-nya), seakan memberi komando kepadaku untuk meneruskan kerjaku.<br />
<br />
Sambil terus kukeluar-masukkan jariku, Anita juga tampak meram serta mendesis-desis keenakan. Sementara terasa di dalam CD-ku, batang kemaluanku juga bangun, tapi aku belum berani untuk meminta Anita memegang rudalku (padahal aku sudah ingin sekali). Sekitar 10 menit peristiwa itu terjadi. Kulihat dia tambah keras desisannya dan kedua kakinya dirapatkan ke kaki kiriku. Sepertinya dia telah mengalami klimaks, dan kami akhirnya tidur di kamar masing-masing.<br />
<br />
Hari berikutnya, aku dan Anita siap-siap membuka warung, adikku pada berangkat sekolah, sehingga hanya ada aku dan Anita di warung. Hari itu Anita jadi lebih berani padaku. Di dalam warungku sambil duduk dia berani memegang tanganku dan menuntunnya untuk memegang kemaluannya. Waktu itu dia memakai hem dan rok di atas lutut, hingga aku langsung bisa memegang selangkangannya yang terhalang CD dan pembalut. Kaget juga aku, soalnya ini kan lagi ada di warung.<br />
“Nggak pa-pa Mas.., khan lagi sepi”, katanya dengan enteng seakan mengerti yang kupikirkan.<br />
“Lha kalo ada pembeli gimana nanti..?”, tanyaku.<br />
“Ya udahan dulu, baru setelah pembelinya balik, kita lanjutin lagi, ok..?”, jawabnya.<br />
<br />
Dengan terpaksa kuraba-raba selangkangan <a href="http://ceritapanas-di.blogspot.com/">vagina</a>. Hal tersebut kulakukan sambil mengawasi di luar warung kalau-kalau nanti ada pembeli datang. Sementara aku mengelus selangkangannya, Anita mencengkeram pahaku sambil bibirnya digigit pelan tanda menikmati balaianku. Peristiwa itu kuakui sangat membuatku terangsang sekali, sehingga celana pendekku langsung terlihat menonjol yang bertanda batang kejantananku ingin berontak.<br />
<br />
“Lho Mas, <a href="http://ceritapanas-di.blogspot.com/">kontol</a>nya Mas kok ngaceng..?”, katanya.<br />
Ternyata dia melihatku, kujawab, “Iya ini sih tandanya aku masih normal…”<br />
Aku terus melanjuntukan pekerjaanku. Tanpa kusadari dia pun mengelus-elus celanaku, tepat di bagian batang kemaluanku. Kadang dia juga menggenggam kemaluanku sehingga aku juga merasa keenakan. Baru mau kumasukkan tanganku ke CD-nya, tiba-tiba aku melihat di kejauhan ada anak yang sepertinya mau membeli sesuatu di warungku.<br />
Kubisiki dia, “Heh ada orang tuh..! Stop dulu ya..?”<br />
<br />
Aku menghentikan elusanku, dia berdiri dan berjalan ke depan warung. Benar saja, untung kami segera menghentikan kegiatan kami, kalo tidak, wah bisa berabe nanti. Sehabis melayani anak itu, dia balik lagi duduk di sebelahku dan kami memulai lagi kegiatan kami yang terhenti. Seharian kami melakukannya, tapi aku tidak membuka CD-nya, karena terlalu beresiko. Jadi kami seharian hanya saling mengelus di bagian luar saja.<br />
<br />
Malam harinya kami melakukan lagi. Aku sendirian nonton TV, sementara adikku semua sudah tidur. Tiba-tiba dia mendatangiku dan ikut tiduran di lantai, di dekatku sambil nonton TV. Kemudian tiba-tiba dia memegang tanganku dan dituntun ke selangkangannya. Aku yang langsung diperlakukan demikian merasa mengerti dan langsung aku masuk ke dalam CD-nya, dan langsung memasukkan jariku ke kemaluannya. Sedangkan dia juga langsung memegang batang kejantananku.<br />
<br />
“Aku copot ya CD kamu, biar lebih enakan”, kataku.<br />
Dia mengangguk dan aku langsung mencopot CD-nya. Saat itu dia memakai rok mininya yang tadi, sehingga dengan mudah aku mencopotnya dan langsung tanganku mengorek-ngorek lembah kewanitaannya dengan jari telunjukku. Aku juga menyuruh mengeluarkan batang kejantananku dari CD-ku, sehingga dia kini bisa melihat rudalku dengan jelas, dan dia kusuruh untuk menggenggamnya. Kukorek-korek kemaluannya, kukeluar-masukkan jariku, tampaknya dia sangat menikmatinya. Kulihat batang kemaluanku hanya digenggamnya saja, maka kusuruh dia untuk mengocoknya pelan-pelan, namun karena dia tidak melumasi dulu batangku, maka kemaluanku jadi agak sakit, tapi enak juga sih.<br />
<br />
“Eehhhsssttt… Eehhhsssttt… Ouw.., eehhhsssttt… Eehhhsssttt… Eehhhssstt..”<br />
Begitu erangannya saat kukeluar-masukkan jariku.<br />
Kumasukkan jariku lebih dalam lagi ke liang kewanitaannya dan dia mendesis lebih keras, aku suruh dia agar jangan keras-keras, takut nanti adikku terbangun.<br />
“Kocokkannya lebih pelan dong..!”, kataku yang merasa kocokkannya terhenti.<br />
Kupercepat gerakan jariku di dalam liangnya, kurasakan dia mengimbanginya dengan menggerakkan pantatnya ke depan dan ke belakang, seakan dia lagi menggauli jariku.<br />
Dan akhirnya, “Oh.., oohhh.. Oohhh.. Ohhh..” Rupanya dia mencapai klimaksnya yang pertama, sambil kakinya mengapit dengan keras kaki kananku.Artist Hot Gossiphttp://www.blogger.com/profile/09318639630899075687noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2962027899708126060.post-10089751120675348652011-03-03T02:18:00.000-08:002011-03-03T02:18:26.966-08:00Cerita Dewasa Bercinta Dengan Adik Ipar<b><a href="http://ceritapanas-di.blogspot.com/">Cerita dewasa</a></b> kali ini terjadi dengan adik ipar saya sendiri, dan ceritanya seperti ini:<br />
Istri saya adalah anak ke 2 dari empat saudara yang kebetulan semuanya wanita dan semuanya telah menikah serta dikarunia putra-putri yang relatif masih kecil, diantara saudara-saudara istri , saya cukup dekat dengan adik istri saya yang kurang lebih berumur 34 tahun namanya Siska (bukan nama sebenarnya). Keakraban ini bermula dengan seringnya kami saling bertelepon dan makan siang bersama pada saat jam kantor (tentunya kami saling menjaga rahasia ini), dimana topik pembicaraan berkisar mengenai soal pekerjaan, rumah tangga dan juga kadangkala masalah seks masing-masing.<br />
<br />
Perlu diketahui istri saya sangat kuno mengenai masalah seks, sedangkan Siska sangat menyukai variasi dalam hal berhubungan seks dan juga open minded kalau berbicara mengenai seks, juga kebetulan dikeluarga istri saya dia paling cantik dan sensual, sebagai ilustrasi tingginya kurang lebih 165 cm, kulit putih mulus, hidung mancung, bibir agak sedikit kelihatan basah serta ukuran dada 34B. Keakraban ini dimulai sejak tahun 1996 dan berlangsung cukup lama dan pada tahun 1997 sekitar Juni, pembicaraan kami lebih banyak mengarah kepada masalah rumah tangga, dimana dia cerita tentang suaminya yang jarang sekali memperlihatkan perhatian, tanggung jawab kepada dia dan anak-anak, bahkan dalam soal mencari nafkahpun Siska lebih banyak menghasilkan daripada suaminya ditambah lagi sang suami terlalu banyak mulut alias cerewet dan bertingkah polah bak orang kaya saja.<br />
<br />
Menurut saya kehidupan ekonomi keluarga Siska memang agak prihatin walaupun tidak dapat dikatakan kekurangan, tetapi boleh dikatakan Siskalah yang membanting tulang untuk menghidupi keluarganya. Disamping itu sang suami dengan lenggang keluyuran dengan teman-temannya baik pada hari biasa maupun hari minggu dan Siska pernah mengatakan kepada saya bahwa lebih baik suaminya pergi keluar daripada di rumah, karena kalau dia dirumah pusing sekali mendengarkan kecerewetannya.<br />
<br />
Saya menasihati dia agar sabar dan tabah menghadapi masalah ini, karena saya seringkali juga menghadapi masalah yang kurang lebih sama dengannya hanya saja penekanannnya berbeda dengan kakaknya. Istri saya seringkali ngambek yang tidak jelas sebabnya dan bilamana itu terjadi seringkali saya tidak diajak berbicara lama sekali. Akhirnya Siska juga menceritakan keluhannya tentang masalah seks dengan suaminya, dimana sang suami selalu minta jatah naik ranjang 2-3 kali dalam semingggu, tetapi Siska dapat dikatakan hampir tidak pernah merasakan apa yang namanya orgasme/climax sejak menikah sampai sekarang, karena sang suami lebih mementingkan kuantitas hubungan seks ketibang kualitas.<br />
<br />
Siska juga menambahkan sang suami sangat kaku dan tidak pernah mau belajar mengenai apa yang namanya foreplay, walaupun sudah sering saya pinjami xxx film, jadi prinsip suaminya langsung colok dan selesai dan hal itupun berlangsung tidak sampai 10 menit. Siska lalu bertanya kepada saya, bagaimana hubungan saya dengan kakaknya dalam hal hubungan seks, saya katakan kakak kamu kuno sekali dan selalu ingin hubungan seks itu diselesaikan secepat mungkin, terbalik ya kata Siska.<br />
<br />
Suatu hari Siska telepon saya memberitahukan bahwa dia harus pergi ke Bali ada penugasan dari kantornya, dia menanyakan kepada saya apakah ada rencana ke Bali juga, karena dia tahu kantor tempat saya bekerja punya juga proyek industri di Bali, pada awalnya saya agak tidak berminat untuk pergi ke Bali, soalnya memang tidak ada jadwal saya pergi ke sana. Namun dengan pertimbangan kasihan juga kalau dia seorang wanita pergi sendirian ditambah lagi 'kan dia adik istri saya jadi tidak akan ada apa-apa, akhirnya saya mengiyakan untuk pergi dengan Siska.<br />
<br />
Pada hari yang ditentukan kita pergi ke Bali berangkat dari Jakarta 09.50, pada saat tiba di Bali kami langsung menuju Hotel Four Season di kawasan Jimbaran, hotel ini sangat bernuansa alam dan sangat romantis sekali lingkungannya, pada saat menuju reception desk saya langsung menanyakan reservasi atas nama saya dan petugas langsung memberikan saya 2 kunci bungalow, pada saat itu Siska bertanya kepada saya, oh dua ya kuncinya, saya bilang iya, soalnya saya takut lupa kalau berdekatan dengan wanita apalagi ini di hotel, dia menambahkan ngapain bayar mahal-mahal satu bungalow saja 'kan kita juga saudara pasti engga akan terjadi apa-apa kok , lalu akhirnya saya membatalkan kunci yang satu lagi, jadi kita berdua share 1 bungalow.<br />
<br />
Saat menuju bungalow kami diantar dengan buggie car (kendaraan yang sering dipakai di lapangan golf) mengingat jarak antara reception dengan bungalow agak jauh, didalam kendaraan ini saya melihat wajah Siska , ya ampun cantik sekali dan hati saya mulai bergejolak , sesekali dia melemparkan senyumnya kepada saya, pikiran saya, dasar suaminya tidak tahu diuntung sudah dapat istri cantik dan penuh perhatian masih disia-siakan.<br />
<br />
Di dalam bungalow kami merapikan barang dan pakaian kami saya menyiapkan bahan meeting untuk besok sementara dia juga mempersiapkan bahan presentasi , pada saat saya ingin menggantungkan jas saya tanpa sengaja tangan saya menyentuh buah dadanya karena sama-sama ingin menggantungkan baju masing-masing, saya langsung bilang sorry ya Sis betul saya tidak sengaja, dia bilang udah engga apa-apa anggap aja kamu dapat rejeki... wow wajahnya memerah tambah cantik dia.<br />
<br />
Lalu kita nonton tv bareng filmya up close and personal, pada saat ada adegan ranjang saya bilang sama Siska wah kalo begini terus saya bisa enggak tahan nih, lalu saya berniat beranjak dari ranjang mau keluar kamar (kita nonton sambil setengah tiduran di ranjang), dia langsung bilang mau kemana sini aja, engga usah takut deh sambil menarik tangan saya lembut sekali seakan memohon agar tetap isisinya... selanjutnya kita cerita dan berandai-andai kalau dulu kita sudah saling ketemu... dan kalau kita berdua menikah dan sebagainya... Saya memberanikan diri bicara, Sis kamu koq cantik dan anggun sih, Siska menyahut nah kan mulai keluar rayuan gombalnya, sungguh koq sih saya engga bohong, saya pegang tangannya sambil mengelusnya, oww geli banget , Andry come on nanti saya bisa lupa nih kalo kamu adalah suami kakak saya... biarin aja kata saya.<br />
<br />
Perlahan tapi pasti tangan saya mulai merayap ke pundaknya terus membelai rambutnya tanpa disangka dia juga mulai sedikit memeluk saya sambil membelai kepala dan rambut saya... akhirnya saya kecup keningnya dia bilang Andry kamu sungguh gentle sekali... uh indahnya kalau dulu kita bisa menikah saya bilang abis kamunya sih udah punya pacar... berlanjut saya kecup juga bibirnya yang sensual dia juga membalas kecupan saya dengan agresif sekali dan saya memakluminya karena saya yakin dia tidak pernah diperlakukan sehalus ini... kami berciuman cukup lama dan saya dengar nada nafasnya mulai tidak beraturan, tangan saya mulai merambat ke daerah sekitar buah dadanya... dia sedikit kaget dan menarik diri walaupun mulut kami masih terus saling bertempur...<br />
<br />
Kali ini saya masukkan tangan saya langsung ke balik bhnya dia menggelinjang saya mainkan putingya yang sudah mulai mengeras dan perlahan saya buka kancing bajunya dengan tangan saya yang kanan, setelah terbuka saya lepas bhnya wow betapa indah buah dadanya ukurannya kurang lebih mirip dengan istri saya namun putingnya masih berwarna merah muda mungkin karena dia tidak pernah menyusui putranya, Siska terhenyak sesaat sambil ngomong, Andry koq jadi begini... Sis saya suka ama kamu, terus dia menarik diri... saya tidak mau berhenti dan melepaskan. kesempatan ini langsung saya samber lagi buah dadanya kali ini dengan menggunakan lidah saya sapu bersih buah dada beserta putingnya... Siska hanya mendesah-desah sambil tangannya mengusap-ngusap kepala saya dan saya rasakan tubuhnya semakin menggelinjang kegelian dan keringat mulai mengucur dari badannya yang harum dan putih halus...Artist Hot Gossiphttp://www.blogger.com/profile/09318639630899075687noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2962027899708126060.post-8633837213006709552011-02-20T11:10:00.000-08:002011-02-20T11:10:20.612-08:00Cerita Dewasa Ngentot Dengan ABGAku punya banyak cewek. Diantaranya banyak cewek itu yang paling aku sukai adalah Rere. Tapi dalam kisah ini bukan Rere tokoh utamanya. sebab hilangnya perjakaku nggak ada sangkut pautnya sama Rere. Malah waktu itu aku aku lagi marahan sama doski. Waktu itu aku nganggap Rere nggak bener-bener sayang sama aku. Aku lagi jutek banget sama dia. Habisnya udah lima bulan pacaran, masak Rere hanya ngasih sun pipi doang. Ceritanya pas aku ngapel ke tempat kostnya, aku ngajakin dia ML. Habis aku pengin banget sih. (keseringan mantengin VCD parto kali yee...). Tapi si Rere menolak mentah-mentah. Malahan aku diceramahin, busyet dah!<br />
<br />
Makanya malam minggu itu aku nggak ngapel (ceritanya ngambek). Aku cuman duduk-duduk sambil gitaran di teras kamar kostku. Semua teman kostku pada ngapel atau entah nglayap kemana. Rumah induk yang kebetulan bersebelahan dengan rumah kost agak sepi. Sebab sejak tadi sore ibu kost dan bapak pergi ke kondangan. Putri tertua mereka, Murni sudah dijemput pacarnya sejam yang lalu. Sedang Maidy, adiknya Murni entah nglayap kemana. Yang ada tinggal Maya, si bungsu dan Ersa, sepupunya yang kebetulan lagi berkunjung ke rumah oomnya. Terdengar irama lagu India dari dalam rumah induk, pasti mereka lagi asyik menonton Gala Bollywood.<br />
<br />
Nggak tahu, entah karena suaraku merdu atau mungkin karena suaraku fals plus berisik, Maya datang menghampiriku.<br />
"Lagi nggak ngapel nih, Mas Andra?" sapanya ramah (perlu diketahui kalau Maya memang orangnya ramah banget)<br />
"Ngapel sama siapa, May?" jawabku sambil terus memainkan Sialannya Cokelat.<br />
"Ah... Mas Andra ini pura-pura lupa sama pacarnya."<br />
Gadis itu duduk di sampingku (ketika dia duduk sebagian paha mulusnya terlihat sebab Maya cuman pakai kulot sebatas lutut). Aku cuman tersenyum kecut.<br />
"Udah putus aku sama dia." jawabku kemudian.<br />
Nggak tahu deh, tapi aku menangkap ada yang aneh dari gelagat Maya. Gadis 14 tahun itu nampaknya senang mendengar aku putus. Tapi dia berusaha menutup-nutupinya.<br />
"Yah, kacian deh... habis putus sama pacar ya?" godanya. "Kayaknya bete banget lagunya."<br />
Aku menghentikan petikan gitarku.<br />
"Yah, gimana ya... kayaknya aku lebih suka sama Maya deh ketimbang sama dia."<br />
<br />
Nah lo! Kentara benar perubahan wajahnya. Gadis berkulit langsep agak gelap itu merah mukanya. aku segera berpikir, apa bener ya gosip yang beredar di tempat kost ini kalo si Maya ada mau sama aku.<br />
"May, kok diam aja? Malu yah..."<br />
<br />
Maya melirik ke arahku dengan manja. Tiba-tiba saja batinku ngrasani, gadis yang duduk di sampingku ini manis juga yah. Masih duduk di kelas dua smp tapi kok perawakannya udah kayak anak sma aja. Tinggi langsing semampai, bodinya bibit-bibit peragawati, payudaranya... waduh kok besar juga ya. Tiba-tiba saja jantungku berdebar memandangi tubuh Maya yang cuman pakai kaos ketat tanpa lengan itu. Belahan dadanya sedikit tampak diantara kancing-kancing manisnya. Ih, ereksiku naik waktu melirik pahanya yang makin kelihatan. Kulit paha itu ditumbuhi bulu-bulu halus tapi cukup lebat seukuran cewek.<br />
<br />
"Mas, daripada nganggur gimana kalo Mas Andra bantu aku ngerjain peer bahasa inggris?"<br />
"Yah Maya, malam minggu kok ngerjain peer? Mendingan pacaran sama Mas Andra, iya nggak?" pancingku.<br />
"Ah, Mas Andra ini bisa aja godain Maya.."<br />
Maya mencubit pahaku sekilas. Siir.. Wuih, kok rasanya begini. Gimana nih, aku kok kayak-kayak nafsu sama ini bocah. Waduh, penisku kok bangun yah?<br />
"Mau nggak Mas, tolongin Maya?"<br />
"Ada upahnya nggak?"<br />
"Iiih, dimintai tolong kok minta upah sih..."<br />
Cubitan kecil Maya kembali memburu di pahaku. Siiiir... kok malah tambah merinding begini ya?<br />
"Kalau diupah sun sih Mas Andra mau loh." pancingku sekali lagi.<br />
"Aah... Mas Andra nakal deh..."<br />
<br />
Sekali lagi Maya mencubit pahaku. Kali ini aku menahan tangan Maya biar tetap di pahaku. Busyet, gadis itu nggak nolak loh. Dia cuman diam sambil menahan malu.<br />
"Ya udah, Maya ambil bukunya trus ngerjain peernya di kamar Mas Andra aja. Nanti tak bantu ngerjain peer, tak kasih bonus pelajaran pacaran mau?"<br />
<br />
Gadis itu cuman senyum saja kemudian masuk rumah induk. Asyik... pasti deh dia mau. Benar saja, nggak sampai dua menit aku sudah bisa menggiringnya ke kamar kostku.<br />
<br />
Kami terpaksa duduk di ranjang yang cuman satu-satunya di kamar itu. Pintu sudah aku tutup, tapi nggak aku kunci. Aku sengaja nggak segera membantunya ngerjain peer, aku ajak aja dia ngobrol.<br />
"Sudah bilang sama Ersa kalo kamu kemari?"<br />
"Iya sudah, aku bilang ke tempat Mas Andra."<br />
"Trus si Ersa gimana? Nggak marah?"<br />
"Ya enggak, ngapain marah."<br />
"Sendirian dong dia?"<br />
"Mas Andra kok nanyain Ersa mulu sih? Sukanya sama Ersa ya?" ujar Maya merajuk.<br />
"Yee... Maya marah. Cemburu ya?"<br />
Maya merengut, tapi sebentar sudah tidak lagi. Dibuka-bukanya buku yang dia bawa dari rumah induk.<br />
<br />
"Maya udah punya pacar belum?"tanyaku memancing.<br />
"Belum tuh."<br />
"Pacaran juga belum pernah?"<br />
"Katanya Mas Andra mau ngajarin Maya pacaran." balas Maya.<br />
"Maya bener mau?" Gayung bersambut nih, pikirku.<br />
"Pacaran itu dasarnya harus ada suka." lanjutku ketika kulihar Maya tertunduk malu. "Maya suka sama mas Andra?"<br />
<br />
Maya memandangku penuh arti. Matanya seakan ingin bersorak mengiyakan pertanyaanku. tapi aku butuh jawaban yang bisa didengar. Aku duduk merapat pada Maya.<br />
"Maya suka sama Mas Andra?" ulangku.<br />
"Iya." gumamnya lirih.<br />
Bener!! Dia suka sama aku. Kalau gitu aku boleh...<br />
"Mas Andra mau ngesun Maya, Maya nurut aja yah..." bisikku ke telinga Maya<br />
<br />
Tanganku mengusap rambutnya dan wajah kami makin dekat. Maya menutup matanya lalu membasahi bibirnya (aku bener-bener bersorak sorai). Kemudian bibirku menyentuh bibirnya yang seksi itu, lembut banget. Kulumat bibir bawahnya perlahan tapi penuh dengan hasrat, nafasnya mulai berat. Lumatanku semakin cepat sambil sekali-sekali kugigit bibirnya.<br />
Mmm..muah... kuhisap bibir ranum itu.<br />
<br />
"Engh.. emmh.." Maya mulai melenguh.<br />
Nafasnya mulai tak beraturan. Matanya terpejam rapat seakan diantara hitam terbayang lidah-lidah kami yang saling bertarung, dan saling menggigit. Tanganku tanpa harus diperintah sudah menyusup masuk ke balik kaos ketatnya. Kuperas-peras payudara Maya penuh perasaan. ereksiku semakin menyala ketika gundukan hangat itu terasa kenyal di ujung jari-jariku.<br />
<br />
Bibirku merayap menyapu leher jenjang Maya. Aku cumbui leher wangi itu. Kupagut sambil kusedot perlahan sambil kutahan beberapa saat. Gigitan kecilku merajang-rajang birahi Maya.<br />
"Engh.. Masss... jangan... aku uuuh..."<br />
Ketika kulepaskan maka nampaklah bekasnya memerah menghias di leher Maya.<br />
<br />
"May... kaosnya dilepas ya sayang..."<br />
Gadis itu hanya menggangguk. Matanya masih terpejam rapat tapi bibirnya menyunggingkan senyum. Nafasnya memburu. Sambil menahan birahi, kubuka keempat kancing kaos Maya satu persatu dengan tangan kananku. Sedang tangan kiriku masih terus meremas payudara Maya bergantian dari balik kaos. Tak tega rasanya membiarkan Maya kehilangan kenikmatannya. Jemari Maya menggelitik di dada dan perutku, membuka paksa hem lusuh yang aku kenakan. Aku menggeliat-geliat menahan amukan asmara yang Maya ciptakan.<br />
<br />
Kaos pink Maya terjatuh di ranjang. Mataku melebar memandangi dua gundukan manis tertutup kain pink tipis. Kupeluk tubuh Maya dan kembali kuciumi leher jenjang gadis manis itu, aroma wangi dan keringatnya berbaur membuatku semakin bergairah untuk membuat hiasan-hiasan merah di lehernya.Perlahan-lahan kutarik pengait BH-nya, hingga sekali tarik saja BH itupun telah gugur ke ranjang. Dua gundukan daging itupun menghangat di ulu hatiku.<br />
<br />
Kubaringkan perlahan-lahan tubuh semampai itu di ranjang. Wow... payudara Maya (yang kira-kira ukuran 34) membengkak. Ujungnya yang merah kecoklatan menggairahkan banget. Beberapa kali aku menelan ludah memandangi payudara Maya. Ketika merasakan tak ada yang kuperbuat, Maya memicingkan mata.<br />
<br />
"May... adekmu udah gede banget May..."<br />
"Udah waktunya dipetik ya mass..."<br />
"Ehem, biar aku yang metik ya May..."<br />
Aku berada di atas Maya. Tanganku segera bekerja menciptakan kenikmatan demi kenikmatan di dada Maya.<br />
Putar... putar.. kuusap memutar pentel bengkak itu.<br />
"Auh...Mass.. Aku nggak tahan Mass... kayak kebelet pipis mas.." rintih Maya.<br />
<br />
Tak aku hiraukan rintihan itu. Aku segera menyomot payudara Maya dengan mulutku.<br />
"Mmmm... suuup... mmm..." kukenyot-kenyot lalu aku sedot putingnya.<br />
"Mass... sakiit..." rintih Maya sambil memegangi vaginanya.<br />
Sekali lagi tak aku hiraukan rintihan itu. Bagiku menggilir payudara Maya sangat menyenangkan. Justru rintihan-rintihan itu menambah rasa nikmat yang tercipta.<br />
<br />
Tapi lama kelamaan aku tak tega juga membuat Maya menahan kencing. Jadi aku lorot saja celananya. Dan ternyata CD pink yang dikenakan Maya telah basah.<br />
"Maya kencing di celana ya Mass?"<br />
"Bukan sayang, ini bukan kencing. Cuman lendir <a href="http://ceritapanas-di.blogspot.com/">vagina</a>mu yang cantik ini."<br />
Maya tertawa mengikik ketika telapak tanganku kugosok-gogokkan di permukaan vaginanya yang telah basah. Karena geli selakangnya membuka lebar. Vaginanya ditumbuhi bulu lebat yang terawat. Lubang kawin itu mengkilap oleh lendir-lendir kenikmatan Maya. Merah merona, vagina yang masih perawan.<br />
<br />
Tak tahan aku melihat ayunya lubang kawin itu. Segera aku keluarkan penisku dari sangkarnya. Kemudian aku jejalkan ke pangkal selakangan yang membuka itu.<br />
"Tahan ya sayang...engh.."<br />
"Aduh... sakiiit mass..."<br />
"Egh... rileks aja...."<br />
"Mas... aah!!!" Maya menjambak rambutku dengan liar.<br />
Slup... batang penisku yang perkasa menembus goa perawan Maya yang masih sempit. Untung saja vagina itu berair jadi nggak terlalu sulit memasukkannya. Perlahan-lahan, dua centi lima centi masih sempit sekali.<br />
"Aduuuh Masss... sakiiit..." rintih Maya.<br />
<br />
Aku hentakkan batang penisku sekuat tenaga.<br />
"Jruub..."<br />
Langsung amblas seketika sampai ujungnya menyentuh dinding rahim Maya. Batang penisku berdenyut-denyut sedikit sakit bagai digencet dua tembok tebal. Ujungnya tersentuh sesuatu cairan yang hangat. Aku tarik kembali penisku. Lalu masukkan lagi, keluar lagi begitu berkali-kali. Rasa sakitnya berangsur-angsur hilang.<br />
<br />
Aku tuntun penisku bergoyang-goyang.<br />
"Sakit sayang..." kataku.<br />
"Enakkk...eungh..." Maya menyukainya.<br />
Ia pun ikut mengggoyang-goyangkan pantatnya. Makin lama makin keras sampai-sampai ranjang itu berdecit-decit. Sampai-sampai tubuh Maya berayun-ayun. Sampai-sampai kedua gunung kembar Maya melonjak-lonjak. Segera aku tangkap kedua gunung itu dengan tanganku.<br />
<br />
"Enggh.. ahhh.." desis Maya ketika tanganku mulai meremas-remasnya.<br />
"Mass aku mau pipis..."<br />
"Pipis aja May... nggak papa kok."<br />
"Aaach...!!!"<br />
"Hegh...engh..."<br />
"Suuur... crot.. crot.. "<br />
Lendir kawin Maya keluar, spermaku juga ikut-ikutan muncrat. Kami telah sama-sama mencapai orgasme.<br />
<br />
"Ah..." lega. Kutarik kembali penisku nan perkasa. Darah perawan Maya menempel di ujungnya berbaur dengan maniku dan cairan kawinnya. Kupeluk dan kuciumi gadis yang baru memberiku kepuasan itu. Mayapun terlelap kecapaian.<br />
<br />
Kreek... Pintu kamarku dibuka. Aku segera menengok ke arah pintu dengan blingsatan. Ersa terpaku di depan pintu memandangi tubuh Maya yang tergeletak <a href="http://ceritapanas-di.blogspot.com/">bugil</a> di ranjang kemudian ganti memandangi penisku yang sudah mulai melemas. Tapi aku juga ikut terpaku kala melihat Ersa yang sudah bugil abis. Aku tidak tahu tahu kalau sejak Maya masuk tadi Ersa mengintip di depan kamar.<br />
<br />
"Ersa? Ng... anu.." antara takut dan nafsu aku pandangi Ersa.<br />
Gadis ini lebih tua dua tahun diatas Maya. Pantas saja kalau dia lebih matang dari maya. Walau wajahnya tak bisa menandingi keayuan Maya, tapi tubuhnya tak kalah menarik dibanding Maya, apalagi dalam keadaan full naked kayak gitu.<br />
<br />
"Aku nggak akan bilang ke oom dan tante asal..."<br />
"Asal apaan?"<br />
Mata Ersa sayu memandang ke arah Maya dan penisku bergantian. Lalu dia membelai-belai payudara dan vaginanya sendiri. Tangan kirinya bermain-main di belahan vaginanya yang telah basah. Ersa sengaja memancing birahiku. Melihat adegan itu, gairahku bangkit kembali, penisku ereksi lagi. Tapi aku masih ingin Ersa membarakan gairahku lebih jauh.<br />
<br />
Ersa duduk di atas meja belajarku. Posisi kakinya mekangkang sehingga vaginanya membuka merekah merah. Tangannya masih terus meremas-remas susunya sendiri. Mengangkatnya tinggi seakan menawarkan segumpal daging itu kepadaku.<br />
"Mas Andra.. sini.. ay..."<br />
Aku tak peduli dia mengikik bagai perek. Aku berdiri di depan gadis itu.<br />
"Ayo.. mas mainin aku lebih hot lagi.." pintanya penuh hasrat.<br />
<br />
Aku gantiin Ersa meremas-remas payudaranya yang ukuran 36 itu. Puting diujungnya sudah bengkak dan keras, tanda Ersa sudah nafsu banget.<br />
"Eahh.. mmhh..." rintihannya sexy sekali membuatku semakin memperkencang remasanku.<br />
"Eahhh.. mas.. sakit.. enak...."<br />
<br />
Ersa memainkan jarinya di penisku. Mempermainkan buah jakarku membuatku melenguh keasyikan. "Ers... tanganmu nakal banget..."<br />
Gadis itu cuman tertawa mengikik tapi terus mempermainkan senjataku itu. Karena gemas aku caplok susu-susu Ersa bergantian. Kukenyot sambil aku tiup-tiup.<br />
"Auh..."<br />
Ersa menekan batang penisku.<br />
"Ers... sakit sayang" keluhku diantara payudara Ersa.<br />
"Habis dingin kan mas..." balasnya.<br />
<br />
Setelah puas aku pandangi wajah Ersa.<br />
"Ersa, mau jurus baru Mas Andra?"<br />
Gadis itu mengangguk penuh semangat.<br />
"Kalau gitu Ersa tiduran di lantai gih!"<br />
Ersa menurut saja ketika aku baringkan di lantai. Ketika aku hendak berbalik, Ersa mencekal lenganku. Gadis yang sudah gugur rasa malunya itu segera merengkuhku untuk melumat bibirnya. Serangan lidahnya menggila di ronga mulutku sehingga aku harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengimbanginya. Tanganku dituntunnya mengusap-usap lubang kelaminnya. Tentu saja aku langsung tanggap. Jari-jariku bermain diantara belantara hitam nan lebat diatas bukit berkawah itu. "Mmmm... enghh..."<br />
Kami saling melenguh merasakan sejuta nikmat yang tercipta.<br />
<br />
Aku ikut-ikutan merebah di lantai. Aku arahkan Ersa untuk mengambil posisi 69, tapi kali ini aku yang berada di bawah. Setelah siap, tanpa harus diperintah Ersa segera membenamkan penisku ke dalam mulutnya (aku jadi berpikiran kalau bocah ini sudah berpengalaman).<br />
Ersa bersemangat sekali melumat penisku yang sejak tadi berdenyut-denyut nikmat. Demikian juga aku, begitu nikmatnya menjilati lendir-lendir di setiap jengkal vagina Ersa, sedang jariku bermain-main di kedua payudaranya. Srup srup, demikian bunyinya ketika kusedot lendir itu dari lubang vagina Ersa. Ukuran vagina Ersa sedikit lebih besar dibanding milik Maya, bulu-bulunya juga lebih lebat milik Ersa. Dan klitorisnya... mmm... mungil merah kenyal dan mengasyikkan. Jadi jangan ngiri kalo aku bener-bener melumatnya dengan lahap.<br />
<br />
"Ngngehhh...uuuhh.." lenguh Ersa sambil terus melumat senjataku.<br />
Sedang lendir kawinnya keluar terus.<br />
"Erss... isep sayang, iseppp..." kataku ketika aku merasa mau keluar.<br />
Ersa menghisap kuat-kuat penisku dan crooott... cairan putih kental sudah penuh di lubang mulut Ersa. Ersa berhenti melumat penisku, kemudian dia terlentang dilantai (tidak lagi menunggangiku). Aku heran dan memandangnya.<br />
"Aha..." ternyata dia menikmati rasa spermaku yang juga belepotan di wajahnya, dasar bocah gemblung.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian dia kembali menyerang penisku. Mendapat serangan seperti itu, aku malah ganti menyerangnya. Aku tumbruk dia, kulumat bibirnya dengan buas. Tapi tak lama Ersa berbisik, "Mas.. aku udah nggak tahan..."<br />
Sambil berbisik Ersa memegangi penisku dengan maksud menusukannya ke dalam vaginanya.<br />
<br />
Aku minta Ersa menungging, dan aku siap menusukkan penisku yang perkasa. penisku itu makin tegang ketika menyentuh <a href="http://ceritapanas-di.blogspot.com/">bibir vagina</a>. Kutusuk masuk senjataku melewati liang sempit itu.<br />
"Sakit Mas..."<br />
Sulitnya masuk liang kawin Ersa, untung saja dindingnya sudah basah sejak tadi jadi aku tak terlalu ngoyo.<br />
<br />
"Nggeh... dikit lagi Ers..."<br />
"Eeehhh... waaa!!"<br />
"Jlub..." 15 centi batang penisku amblas sudah dikenyot liang kawin Ersa. Aku diamkan sebentar lalu aku kocok-kocok seirama desah nafas.<br />
"Eeehh... terus mass... uhh..."<br />
Gadis itu menggeliat-geliat nikmat. Darah merembes di selakangnya. Entah sadar atau tidak tangan Ersa meremas-remas payudaranya sendiri.<br />
<br />
Lima belas menit penisku bermain petak umpet di vagina Ersa. Rupaya gadis itu enggan melepaskan penisku. Berulang-ulang kali spermaku muncrat di liang rahimnya. Merulang-ulang kali Ersa menjerit menandakan bahwa ia berada dipucuk-pucuk kepuasan tertinggi. Hingga akhirnya Ersa kelelahan dan memilih tidur terlentang di samping Maya.<br />
<br />
Capek sekali rasanya menggarap dua daun muda ini. Aku tak tahu apa mereka menyesal dengan kejadian malam ini. Yang pasti aku tak menyesal perjakaku hilang di vagina-vagina mereka. Habisnya puas banget. Setidaknya aku bisa mengobati kekecewaanku kepada Rere.<br />
<br />
Malam makin sepi. Sebelum yang lain pada pulang, aku segera memindahkan tubuh Maya ke kamarnya lengkap dengan pakaiannya. Begitu juga dengan Ersa. Dan malam ini aku sibuk bergaya berpura-pura tak tahu-menahu dengan kejadian barusan. Lagipula tak ada bukti, bekas cipokan di leher Maya sudah memudar.<br />
He.. he.. he.. mereka akan mengira ini hanya mimpi.Artist Hot Gossiphttp://www.blogger.com/profile/09318639630899075687noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2962027899708126060.post-55044613408481900702011-02-19T08:46:00.000-08:002011-02-19T08:46:27.167-08:00Certia Dewasa Ngentot Dengan Penjaga Rental DVD<a href="http://ceritapanas-di.blogspot.com/">Cerita Dewasa</a> kali ini terjadi Semenjak aku kenal dengan Tante Sonya, aku jadi ketagihan bermain seks. Aku selalu memikirkan hal itu, terutama bila setelah beberapa hari tidak ada penyaluran. Memang aku mempunyai pacar, tetapi dengan Monika pacarku itu, aku hanya bercumbu saja dan tidak sampai berhubungan lebih jauh. Dia memang ingin mempertahankan mahkotanya sampai menikah nanti. Berhubung sekarang aku sudah mempunyai penghasilan, aku bisa menggunakannya sebagian sebagai 'biaya' kenakalanku. Kadang aku dan temanku pergi hunting ABG-ABG yang sering nongkrong di mall atau tempat nongkrong lainnya. Aku juga masih sering berhubungan dengan Tante Sonya, dan juga teman-temannya. Memang Tante Sonya ini memperkenalkanku dengan beberapa temannya yang kesepian. Mungkin lain kali aku akan menceritakan pengalamanku dengan mereka, tetapi saat ini aku ingin menceritakan kejadian lain beberapa hari yang lalu.<br />
<br />
Malam itu aku sedang suntuk di tempat kosku. Aku perlu refreshing setelah mengerjakan salah satu proyek pesanan klienku. Kutelepon Monika untuk kuajak nonton, tetapi ternyata dia bilang bahwa dia sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya yang sudah mendekati deadline. Akhirnya kuputuskan saja untuk membeli DVD sekalian makanan untuk malam nanti. Di dekat tempat kosku, memang terdapat penjual DVD bajakan. Sudah sering aku beli DVD di tempat itu, malahan aku sudah kenal cukup dekat dengan penjualnya. Kadang saat aku beli DVD, uang kembaliannya aku beri untuk dia. Umurnya sekitar 25 tahunan dan berbodi seksi. Namanya Sinta, dan orangnya memang agak genit. Kalau dilihat sekilas, ada miripnya dengan Della Puspita. Tidak mirip sekali sih, tapi lumayan cantik. Hanya bodinya jauh lebih seksi jika dibandingkan aktris sinetron itu.<br />
<br />
"Hai.. Mbak. Ada film baru nggak?" tanyaku setelah sampai di tempatnya berjualan.<br />
"Ada Wan.. Nih pilih aja sendiri" katanya sambil menyodorkan setumpuk DVD. Kulihat DVD tersebut satu persatu. Ada beberapa yang menarik, seperti 'The Terminal'-nya Tom Hanks dan 'Collateral'-nya Tom Cruise.<br />
"Mbak, dicoba dulu dong" kataku sambil menyerahkan kedua DVD itu padanya. Mbak Sinta pun kemudian mencoba DVD itu di playernya. Kuperhatikan malam itu dia tampak seksi sekali, dengan T-shirt ketat yang menonjolkan keindahan payudaranya. Tubuhnya tampak padat berisi, dengan rok mini dari bahan jeans yang semakin menambah keseksiannya.<br />
<br />
"Ya udah deh.. Saya ambil Mbak"<br />
"Sedang sendirian nih Wan? Nggak pergi sama pacar?" tanyanya.<br />
"Iya Mbak. Sedang suntuk nih, makanya saya beli DVD" sahutku.<br />
"Mau yang lebih seru nggak?" tanyanya lagi sambil tersenyum genit.<br />
"Boleh." jawabku.<br />
<br />
Dia pun lalu mengambil bungkusan plastik hitam dari balik lacinya, dan menyerahkannya padaku. Kulihat isinya, ternyata DVD porno. "Wah.. Kalau beli ini nontonnya nggak bisa sendirian nih" pancingku. "Emang perlu Mbak temenin?" godanya. "Siapa takut.. Bener nih?" tanyaku. Aku senang sekali mendengarnya. Aku merasakan penisku sudah mulai tegang membayangkan nikmatnya tubuh Mbak Sinta. "Tapi nanti ya Wan.. Satu jam lagi aku off. Jemput aja aku nanti"<br />
<br />
Akhirnya setelah janjian dan membayar DVD yang kuambil, 2 DVD biasa dan satu DVD porno, aku pun pergi dahulu untuk makan malam sambil menunggu Mbak Sinta pulang. Aku pergi ke restoran fast food yang berada tak jauh dari tempat penjualan DVD itu. Tak sabar aku menunggu satu jam lagi.. Singkat cerita, Mbak Sinta telah berada dalam mobilku. Aku pun memacu mobil kembali ke tempat kosku. "Ih.. Kok ngebut sih Wan? Udah pengen ya?" godanya genit. "Iya nih Mbak.. Wawan udah pengen diajarin Mbak" sahutku asal. "Ah.. Pasti kau udah pinter kan.." jawabnya sambil menyilangkan kakinya. Paha mulusnya makin menambah gairahku.<br />
"Kamu kalau main kuat berapa lama Wan? Jangan cepet lho.. Puasin Mbak dulu ya?" tanyanya lagi genit.<br />
"Iya pasti Mbak puas deh.."<br />
"Habis tunangan Mbak kalau main cepet banget.." katanya lagi. Pantas jadi genit begini, pikirku.<br />
<br />
Sesampainya di tempat kosku, aku langsung masuk ke kamarku bersama Mbak Sinta. Memang di tempat kosku ini, kamarku agak terpencil hingga bebas saja membawa siapa pun masuk ke tempat kosku ini. Kunyalakan AC dan TV-ku. Segera kupilih DVD porno yang berjudul 'Sporty Babes 2' dan kunyalakan DVD playerku. Aku pun kemudian beranjak menuju ranjang dimana Mbak Sinta telah menunggu. Kami kemudian menikmati tontonan seru itu. Di layar TV tampak seorang gadis bule cantik sedang disetubuhi di tempat permainan bowling. Desahan suara gadis itu begitu menggairahkan. Tampak lawan mainnya sangat menikmati keindahan tubuh gadis itu saat menyetubuhi sambil menghisapi payudaranya.<br />
<br />
Nafas Mbak Sinta sudah memberat di sebelahku. Tangannya mulai meremasi tanganku. Kupalingkan wajahku menatapnya, dan Mbak Sinta langsung melumat bibirku. Diciuminya aku dengan penuh gairah. Lidahnya mulai menerobos masuk ke dalam rongga mulutku, yang kemudian kuhisap gemas. Tanganku pun mulai meremasi payudaranya yang kenyal dari balik T-shirtnya yang ketat.<br />
<br />
"Sebentar.. Mbak buka dulu ya" katanya sambil melepaskan T-shirt putih yang dipakainya. Tampaklah payudaranya yang besar dibungkus BH berwarna krem. Puting payudaranya tampak menonjol di balik kain BH-nya itu. "Ayo kamu yang buka BH-nya Wan" ujarnya menggoda. Tanganku langsung membuka kaitan BH di punggungnya. Lalu kuturunkan tali penyangga dari pundaknya, dan terpampanglah payudara Mbak Sinta di depanku. Payudara yang ranum dan besar, dengan putingnya yang menonjol menantang. Kuusap-usap dan kupilin perlahan puting payudara Mbak Sinta yang manis ini, sambil kemudian kuciumi lagi bibirnya.<br />
<br />
"Ayo Wan, tunggu apa lagi. Isap susu Mbak dong" pintanya. Sambil berkata demikian, tangan Mbak Sinta agak menekan kepalaku ke bawah menuju dadanya. Tanpa menunda waktu lagi kujilati seluruh permukaan payudaranya. "Ohh.." lenguh Mbak Sinta ketika lidahku mengenai putingnya yang telah menonjol keras. Erangannya semakin menjadi ketika kuhisap putingnya sambil sesekali kugigit perlahan. Sementara aku menghisapi payudaranya yang sebelah kiri, tanganku mempermainkan payudara yang sebelahnya. Tangan Mbak Sinta mengusap-usap rambutku sambil terus mengerang nikmat.<br />
<br />
"Iya Wan.. Bener gitu.. Aduh.. Enak.. Oh.." erang Mbak Sinta sambil meliuk-liukkan badannya. Aku pun semakin bernafsu menghisapi dan menjilati payudaranya yang kenyal itu. Kulirik layar TV, dan di layar terpampang adegan dimana seorang gadis bule berambut pirang sedang dijilati vaginanya di atas sebuah meja billiard. Erangan gadis tersebut dari suara TV bercampur dengan suara lenguhan Mbak Sinta yang sedang kulahap payudaranya.<br />
<br />
"Ayo Wan.. Mbak ajari seperti itu" ujarnya sambil menarik rambutku dan menunjuk ke layar TV. Kemudian didorongnya pundakku menuju ke arah bawah.<br />
"Cepet buka celana Mbak" katanya lagi.<br />
<br />
Aku pun kemudian mengangkat rok jeans mininya dan tampaklah celana dalam warna krem berenda yang dipakainya. Kubuka celana dalam itu, dan tampaklah liang kewanitaannya dengan rambut yang tercukur rapi. Tangan Mbak Sinta mengelus-elus kemaluannya sendiri, sambil matanya menatapku genit.<br />
<br />
"Ayo Wan. Mbak pengen ngerasain jilatanmu di sini" katanya lagi sambil tangannya masih sibuk mengusap-usap vaginanya.<br />
<br />
Kudekatkan kepalaku ke liang kewanitaannya, dan kujulurkan lidahku. Perlahan kujilati vaginanya. Tubuh Mbak Sinta menggelinjang hebat kala itu, sambil mulutnya mengerang dan meracau nikmat.<br />
<br />
"Ohh.. Wan.. Ya.. Jilati terus Wan.. Enak.. Ohh..".<br />
<br />
Sambil melenguh, tangannya menekan kepalaku ke selangkangannya, dan akupun dengan penuh gairah menikmati liang vagina Mbak cantik ini. Erangannya semakin keras dan tubuhnya meliuk-liuk liar ketika aku menghisapi klitorisnya.<br />
<br />
"Terus Wan.. Oh.. Oh.." sambil mengerang Mbak Sinta meremas-remasi payudaranya sendiri.<br />
"Ayo Wan, kamu tidur di sini" katanya sambil bangkit dari ranjang.<br />
"Mbak ajari posisi yang lebih enak"<br />
<br />
Aku pun patuh dan tidur telentang di ranjang. Sementara kulihat sekilas di TV, si gadis bule cantik sedang disetubuhi secara doggy style di atas meja billiard. Erangan suara dari TV menambah erotis suasana di dalam kamarku. Mbak Sinta kemudian naik ke atas wajahku. Diturunkannya tubuhnya, sehingga liang kewanitaannya tepat berada di atas mulutku. Kujulurkan lidah, dan Mbak Sinta kemudian menggoyang-goyangkan pantatnya di atas wajahku. Erangan Mbak Sinta kembali bersaing dengan erangan dari DVD porno di TV.<br />
<br />
"Oh.. Oh.." erang Mbak Sinta sambil pantatnya terus bergoyang-goyang mencari kepuasan.<br />
<br />
Kujilat dan kuciumi dengan penuh gairah vagina Mbak manis ini. Tangan Mbak Sinta memegang pinggiran ranjang di atas kepalaku, sementara tubuhnya terus bergoyang mencari kepuasan birahi. Beberapa lama kemudian, goyangan pantat Mbak Sinta semakin menjadi.<br />
<br />
"Oh.. Wan.. Mbak hampir sampai.. Ohh.." lenguhnya panjang. Tubuhnya menegang, dan saat itu banyak cairan nikmat keluar dari vaginanya. Kuhisap habis cairan kewanitaan itu, dan tak lama Mbak Sinta pun menjatuhkan tubuhnya di sebelahku.<br />
"Kamu hebat Wan.. Dengan Mas Joko belum pernah aku orgasme seperti tadi" katanya sambil tangannya mengusap-usap dadaku.<br />
"Mbak istirahat sebentar ya" katanya lagi.<br />
<br />
Sebenarnya nafsuku sudah memuncak, tetapi aku tak mau memaksa Mbak seksi ini untuk melayaniku saat itu juga. Kami pun lalu kembali menonton DVD porno yang masih terpampang di layar TV. Di layar tampak sekarang seorang gadis bule berambut pirang sedang bermain tenis dengan seorang pria. Setelah bermain, mereka beristirahat dan mulai bercumbu. Si gadis bule tersebut lalu membuka celana si pria dan tampak terkejut melihat ukuran penisnya yang besar.<br />
<br />
"Oh.. my god.. I love it.. So big" desah si gadis sebelum memasukkan penis itu ke dalam mulutnya.<br />
<br />
Tampak gairah Mbak Sinta kembali bangkit melihat adegan itu.<br />
<br />
"Punyamu besar begitu nggak Wan?" tanyanya sambil tangannya mulai meraba kemaluanku.<br />
"Lumayan deh Mbak. Memang Mbak suka yang besar ya?"<br />
"Iya. Semakin besar Mbak semakin suka" jawabnya genit.<br />
"Ya udah Mbak lihat aja sendiri" kataku.<br />
<br />
Mbak Sinta tersenyum dan mulai membuka celana panjangku.<br />
<br />
"Ih.. Besar juga punyamu Wan. Sampai celananya nggak cukup tuh"<br />
<br />
Memang karena nafsuku sudah memuncak, kepala penisku tampak mencuat keluar tak tertampung celana dalamku. Mbak Sinta tak sabar membuka celana dalamku. Tangannya kemudian mengocok perlahan senjata kelelakianku itu.<br />
<br />
"Ih.. Keras banget.. Mbak suka kontol yang kayak gini. Besar dan keras. Pasti cewek kamu puas ya." katanya lirih.<br />
<br />
Wajah Mbak Sinta kemudian mendekati selangkanganku. Hembusan nafasnya terasa hangat di kulit kemaluanku ketika dia mengamati penisku dengan pandangan gemas. Rasa nikmat yang luar biasa menjalar tubuhku ketika lidah Mbak Sinta yang cantik ini mulai menari di kepala penisku. Dijilatinya kepala penisku berikut batangnya. Setelah itu dengan rakus dikulumnya batang kemaluanku. Srrpp.. Srpp.. Bunyi itu yang terdengar ketika Mbak Sinta memaju-mundurkan kepalanya menghisapi penisku.<br />
<br />
"Ahh.. Kontolmu enak Wan.. Mbak suka.. Hmm" desah Mbak Sinta ketika dia menghentikan kulumannya untuk menjilati batang kemaluanku.<br />
<br />
Sesaat kemudian, penisku kembali menyesaki mulutnya yang haus kejantanan lelaki itu. Sementara mulutnya menikmati kejantananku, tangan Mbak Sinta mengelus-elus buah zakarku. Aku tak kuasa lagi untuk menahan erangan nikmatku. Tanganku pun meremas-remas rambut Mbak Sinta gemas.<br />
<br />
Mbak Sinta semakin cepat menghisapi penisku. Kadang mulutnya dimiringkan, sehingga penisku membuat pipinya tampak menggelembung. Tangannya pun semakin cepat mengocok batang kemaluanku. Kemudian dikeluarkannya penisku dari mulutnya, dan kembali dijilatinya seluruh permukaan penisku sambil tangannya mengurut-urut buah zakarku.<br />
<br />
"Keluarin di mulut Mbak Wan.. Mbak pengen minum spermamu.." katanya dengan nada memerintah.<br />
<br />
Aku tentu tak menolak perintahnya. Memang aku sudah tidak tahan lagi. Sambil mengerang nikmat, aku pun mengalami ejakulasi. Saat itu, Mbak Sinta malah kembali mengulumi kemaluanku, sehingga spermaku pun masuk ke dalam mulutnya. Mbak Sinta kemudian menjilati kemaluanku sampai bersih.<br />
<br />
"Enak Wan..?" tanyanya sambil menjilati spermaku di sudut bibirnya.<br />
"Enak Mbak.." jawabku lemas.<br />
<br />
Kami pun lalu kembali beristirahat sambil menonton tayangan DVD. Kali ini dilayar tampak seorang gadis ABG bule berambut coklat sedang belajar memancing. Tak lama gadis itu sudah bercumbu dengan pelatihnya. Si gadis ABG menaiki tubuh lawan mainnya, dan mulai memompa tubuhnya naik turun. Sementara si aktor, seorang lelaki setengah baya, meremasi payudara gadis tersebut yang bergelantungan indah. Adegan persetubuhan lalu dilanjutkan dengan gaya doggy style. Tak lama kami pun kembali terangsang.<br />
<br />
"Wan.. Mbak pengen seperti itu. Mbak pengen ngerasain ngentotin kontolmu. Pasti lebih enak daripada punyanya Mas Joko" katanya sambil meraba kemaluanku dan mulai menciumi bibirku.<br />
<br />
Mbak Sinta melepaskan rok mininya yang masih tersisa, lalu menaiki tubuhku dan mengarahkan kemaluanku pada lubang kewanitaannya.<br />
<br />
"Ohh.." desahnya saat penisku mulai menerobos liang vaginanya.<br />
<br />
Dia pun mulai memompa kemaluanku naik turun. Terkadang dia pun mengoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Suara deritan ranjang, erangan Mbak Sinta, serta erangan suara dari DVD memenuhi kamar kosku. Walaupun AC kamar telah dinyalakan, tetap saja tubuh kami berkeringat. Tetesan peluh itu mengalir dari wajah Mbak Sinta membasahi payudaranya. Aku segera membuka T-shirt yang masih aku pakai. Sementara itu, Mbak Sinta terus bergoyang menikmati kejantananku. Tanganku tak ketinggalan meremasi payudaranya yang kenyal. Beberapa menit kami bersetubuh dengan gaya ini.<br />
<br />
"Ayo Wan.. Sekarang Mbak pengen dientotin dari belakang" katanya sambil bangkit dari tubuhku. Dia kemudian menungging sambil tangannya memegang ujung ranjang. Aku pun segera memasukkan penisku kembali ke dalam vaginanya.<br />
"Ohh.. Enak Wan.. Terus Wan.. Ohh.. Yang cepat.. Ohh" desah Mbak Sinta saat kupompa tubuhnya. Tanganku meremasi payudaranya yang bergoyang menggemaskan. Terkadang kuremas pula pantatnya yang bulat padat menantang.<br />
"Ayo Wan.. Mbak hampir sampai.. Terus wan.. Oh.. Ohh.. Ohh.."<br />
<br />
Tubuh Mbak Sinta kembali mengejang, lalu rebah lemas di atas ranjang. Kali ini aku tak mau lagi 'menggantung'. Kubalikkan badan Mbak Sinta dan kuarahkan penisku kembali ke liang vaginanya yang telah licin oleh cairan orgasmenya. Kugenjot tubuh Mbak yang seksi ini dengan gaya missionary.<br />
<br />
"Eh.. Eh.." demikian erangan yang keluar dari mulutnya seirama dengan genjotan tubuhku.<br />
"Hisapi putingku Mbak" kataku.<br />
<br />
Mulut Mbak Sinta pun kemudian menghisapi puting dadaku sementara aku menggenjot tubuhnya. Tak lama aku pun tak tahan lagi menahan ejakulasiku yang kedua. Wajah cantik Mbak Sinta ditambah dengan erangannya, serta jepitan vaginanya di kelaminku membuatku mencapai puncak.<br />
<br />
"Aku sampai Mbak.. Ahh" jeritku tertahan ketika aku menyemburkan spermaku dalam rahimnya.<br />
<br />
Kami pun terbaring lemas di atas ranjang. Puas sekali rasanya menyetubuhi Mbak Sinta nan ayu ini. Kunyalakan sebatang rokok untuknya dan satu untukku. Kami kemudian mengobrol dan bercanda sambil tiduran di atas ranjang.<br />
<br />
"Wan.. Anterin aku pulang ya" katanya setelah dia menghabiskan rokoknya. "Lho.. Udah malam Mbak nanggung. Nginep di sini aja"<br />
"Wah jangan Wan.. Besok pagi Mas Joko mau jemput aku berangkat kerja. Aku juga nggak bawa pakaian ganti" jawabnya.<br />
<br />
Akhirnya, aku mengantar dia ke rumahnya. Cuma aku menurunkannya agak sedikit jauh dari rumahnya agar tetangganya tidak curiga. Enak juga nonton DVD bareng Mbak Sinta. Mungkin aku akan semakin sering beli DVD nantinya.Artist Hot Gossiphttp://www.blogger.com/profile/09318639630899075687noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2962027899708126060.post-13855162217337754032011-02-19T08:27:00.000-08:002011-02-19T08:27:16.696-08:00Cerita Dewasa Ngentot Dengan Mantan Baby Sisterku<b>Cerita panas dewasa</b> kali ini yang kembali anda baca di blog <a href="http://ceritapanas-di.blogspot.com/">kumpulan cerita panas dewasa</a> ini berawal dari saat itu aku belum mempunyai perasaan apa-apa kecuali perasaan seorang anak terhadap pengasuhnya. Setiap memandikanku ia pasti selalu menggosok seluruh badanku, tidak ketinggalan pula alatku yang masih kecil. Hal ini berjalan kira-kira 3 tahun sampai dengan ia dinikahkan oleh orang tuanya dan diminta pulang ke desanya. Sejak saat itu aku sudah tidak pernah bertemu lagi dengannya. Waktu berjalan terus, dan pertumbuhan badanku berkembang pesat menjadi seorang remaja berusia 19 tahun yang tampan. Pada suatu hari, keluarga kami kedatangan tamu dan ternyata dia adalah bekas pengasuhku dulu. Ia pun telah tumbuh menjadi sorang wanita muda yang matang dengan postur tubuhnya yang mempesona. Meskipun wajahnya tidak begitu cantik, tapi kemulusan dan kehalusan kulitnya dapat menambah nilai kecantikannya tersebut, maklum saja karena ia berasal dari desa yang berhawa dingin.<br />
<br />
"Permisi.., Bu..", sapanya kepada ibuku.<br />
"Oh.. kamu.. Sari.. Kok sekarang sudah segede ini. mana suami kamu?", tanya ibuku.<br />
"Sudah pisah kok Bu".<br />
"Lho, kenapa?".<br />
"Itu Bu.., dia kawin sama perempuan lain".<br />
"Oh ya Bu.., mana Den Rully?".<br />
"Lha itu dia di sebelah kamu..".<br />
Memang dari tadi aku terus memperhatikannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Buah dadanya yang besar dibalut dengan baju lengan panjang warna biru tua, pinggulnya yang bulat dibungkus dengan rok warna cream dibawah lutut. Ck.., ck.., bukan main mantan pengasuhku ini.., pikirku.<br />
"Aduh Deen.., kok sudah besar gini toch, mana ganteng lagi", sapanya.<br />
"Lha iya wong diberi makan tiap hari kok", jawabku.<br />
"Wah kalo gini sich, kalo ketemu di jalan, saya pasti pangling lho".<br />
"Aku juga gitu.. kok Mbak.. pangling sama Mbak. Udah punya anak belum?".<br />
"Belum Den".<br />
"Jangan panggil Den ach.., Mas aja gitu lho. Kan Mbak sudah bukan pengasuhku lagi. Jadi hubungan kita seperti temen aja, ya khan".<br />
"Iya deh Mas".<br />
"Udah sana istirahat dulu", kata ibuku menyela.<br />
"Terima kasih.., Bu".<br />
<br />
Kemudian Sari pergi ke belakang mencari kamarnya yang dulu untuk tidur. Sejak kepergian Sari dulu, kamar tersebut hanya dijadikan tempat untuk menyeterika pakaian. Dan sejak aku dan saudaraku sudah berangkat remaja, Ibu tidak lagi mempekerjakan pembantu, sehingga kamar tersebut dapat digunakan lagi oleh Sari. Pada suatu hari, Ibu sedang ke pasar, saudaraku sedang kuliah, dan karena aku perlu pakaian untuk pergi ke rumah teman, maka aku menyeterika baju di ruang seterika. Di situ kebetulan tidak ada Sari, entah kemana.<br />
<br />
Tetapi tiba-tiba Sari masuk kamar dengan rambut yang masih basah. Kelihatannya dia baru saja selesai mandi dan keramas.<br />
"Oh ada Mas Rully toch".<br />
"Maaf ya Mbak ngganggu, sebentar kok, cuman satu baju".<br />
"Kalo boleh saya bantu Mas.., biar cepat selesai".<br />
"Ah.. nggak usah. Makin lama di sini makin seneng kok..", godaku.<br />
"Ah.. Mas bisa aja".<br />
"Mbak sekarang kerjanya di mana?".<br />
"Nggak ada Mas, makanya saya mau minta tolong sama Ibu".<br />
"Aku dukung dech Mbak, biar nanti bisa mandiin aku lagi", godaku lagi.<br />
"Kan udah nggak bisa lagi".<br />
"Kenapa? Apa karena saya sudah besar?", suaraku sudah mulai terbata-bata menahan nafsu yang sudah mulai datang. Kulihat mukanya memerah. Dadanya turun naik, sehingga semakin terlihat menonjol di balik blusnya yang agak tipis.<br />
"Kan malu Mas..".<br />
"Ya kalo dilihat orang sich malu, tapi kalo cuma berdua kan enggak", pancingku.<br />
<br />
Tanganku mulai mencoba memegang tangan kirinya. Ia diam saja. Tangan kiriku menarik bahunya yang kanan untuk mendekatkannya ke tubuhku. "Jangan Mas.., nanti dilihat orang.. nanti Ibu datang", katanya bergetar. Tampaknya ia juga sudah mulai merasakan rangsanganku.Aku sudah tidak peduli, kutarik dengan perlahan-lahan wajahnya ke wajahku, dan dengan lembut kucium bibirnya.., "Uuch.., ehm.., ja.., ngan.., Maass.., ach..", dan dengan perlahan-lahan lidahku kumasukkan ke mulutnya dan kumainkan, "Aach.., saya mohon Mas.., jangan..", dengan lemah lembut didorongnya tubuhku untuk menjauhi dirinya.<br />
<br />
Tapi nafsuku pada saat itu seakan-akan sudah tidak mau diajak kompromi lagi. Kutarik lagi dengan agak memaksa tubuhnya kedalam pelukanku, dan kucium lehernya yang mulus.., kubuka kancing blusnya yang paling atas, sehingga tonjolan buah dadanya yang besar sedikit terlihat sehingga membuatku semakin benafsu.., "Aduh.., Mas.., jangan Mas..", pintanya. Namun tiba-tiba pintu diketuk dari luar.., "Tok.., tok.., Rully.., tolong bukain pintunya..", Ibu datang.., waduh.., aku menggumam dalam hati.. "Mas, itu ibu datang..", kata Sari sambil membenahi dirinya yang agak kusut karena ulahku tadi.<br />
<br />
Siang itu nafsuku belum tercapai. Baru pertama kali itu aku melakukan hal-hal seperti di atas dengan seorang wanita. Selama seharian aku tidak dapat memejamkan mata. Pikiranku terus melayang-layang sampai beberapa hari. Kupikir betapa nikmatnya apabila aku dapat menyelesaikan permainan diatas sampai tuntas. Kesempatan lain ternyata masih ada, ketika itu seisi rumah sedang keluar dan cuaca di luar agak dingin, karena hari menjelang sore. Saat itu Sari sedang menyapu ruang tengah. Dengan hanya mengenakan kaos oblong berwarna putih agak longgar, bercelana pendek jeans, Sari tampak seperti bukan bekas seorang pengasuh. Kulitnya yang putih bersih, dengan rambut tergerai sebahu dan buah dada yang besar membuat jantungku berdegup tidak karuan.<br />
<br />
Aku sudah tidak tahan lagi, kutubruk tubuh Sari, kupeluk, kucium bibir, leher dan kembali lagi ke bibirnya. Kulumat bibirnya, meskipun dia sedikit agak meronta, tetapi tidak sekeras pada saat sebelumnya. Tanganku mulai beraksi, meraba pinggangnya, kemudian menyibakkan kaos oblongnya ke atas sehingga sampailah pada kaitan tali BH yang berada di belakangnya. Kubuka kaitannya, kemudian tanganku merayap ke depan hingga tersentuhlah buah dadanya yang masih padat, meskipun agak turun sedikit saking besarnya. Kuremas dengan perlahan sekali.., kupilin putingnya yang sudah berdiri tegak. "Ach.., ach..", desah Sari. Sekarang dia sudah tidak meronta lagi, tetapi bahkan terlihat menikmati apa yang kulakukan. Kusibak lebih keatas lagi kaosnya dan kuturunkan mulutku ke putingnya, kucium.., kemudian kusedot dengan perlahan sekali.., "Ach.., aduh mas.., aduh Mas.., Maas.. Kepalanya menengadah seakan-akan menyodorkan buah dadanya untuk lebih dimainkan olehku.<br />
<br />
Lama mulutku bermain di buah dadanya sampai akhirnya tangannya memegang tanganku dan membimbingnya ke bawah untuk menjamah kewanitaannya. Aku turuti keinginannya dan kugosok vaginanya dari luar celananya.., "Auh.., auh.. nikmat.. Mas". Sekarang posisi tangan kananku sedang menggosok kemaluannya dan mulutku terus mempermainkan buah dadanya. Kemudian tanganku masuk ke dalam celana jeansnya, dan.., aduh mak.., tersentuhlah rambut halus yang telah lembab. "Uuch.., uch..", dia mendesah. Sambil terpejam menikmati apa yang kulakukan, tanganku mulai menyibak rambut kemaluannya tadi dan tersentuhlah olehku klitnya.. dan "Aauch.., auch.. Mas.. nikmat sekali".<br />
<br />
Beberapa saat lamanya ia pasrah dan diam tanpa reaksi. Lama kelamaan, mungkin ia sendiri tidak tahan, hingga ia pun mulai menggerakkan tangannya mula-mula membelai dadaku kemudian turun ke perut dan akhirnya ke celana dalamku. pada saat itu aku mengenakan celana pendek olah raga, dengan kaus singlet diatasnya. Dia menyentuh penisku, diremasnya dengan lembut, dikocoknya dari luar.. "Uugh.., ugh..", aku merintih kenikmatan "Aadduhh Mbak.., Mbak pintar deh..", "Ah, Mas juga pintar kok.., malah terlalu pintar dibandingkan usia Mas sendiri..", desahnya. Kemudian kuseret dia masuk ke dalam kamarku, dan kurebahkan di atas dipanku. Dia kemudian membalikkan tubuhnya sehingga berada diatasku.. aduh mak, buah dadanya betul-betul indah menggantung di atas hidungku. Kucium dengan gemas dan kumainkan putingnya dengan mulutku, "Aaacchh.., auch Mas.., auch.., auch..", sementara itu kulepaskan celana jeans dan celana dalamnya, sambil tangan kiriku terus memeluk pinggangnya dan tangan kananku meremas pantatnya yang masih bulat segar, dan mulutku tetap berada di putingnya. Sementara itu tangannya meremas penisku dengan sedikit mengocok.<br />
<br />
Tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya sehingga kami berada pada posisi 69. Dengan nafsu dimasukkannya penisku ke dalam mulutnya "Aach.., ach..", bandel juga Mbak ini batinku, tapi tentu saja aku juga menikmatinya. Dikocoknya penisku dengan mulutnya. Tampaknya ia sudah berpengalaman dengan gaya-gaya yang aduhai. Aku tidak mau kalah, kubuka kewanitaannya dengan tangan, kemudian kujulurkan lidahku dan mulailah aku menjilati bagian yang paling terlarang itu, "Uuch.., uch..". Kami berpagut lama sekali hingga rasa-rasanya aku ingin segera memasukkan alatku ke liang surgawinya. "Maas..". "Ya, Mbak..". "Tolong dong dimasukin.., saya udah nggak tahan nih.. udah lama saya nggak disentuh, tolong dong mas..". Aku berpikir sejenak.., bagaimana kalau nanti dia hamil, bagaimana nanti kalau ketahuan oleh Ibu, dll. Tapi aku sendiri sebetulnya juga sudah tidak tahan.., dan akhirnya, "Baik Mbak, ta.. pi.., kalau Mbak hamil gimana dong.." "Saya pakai KB kok mas..", katanya. "Baik Mbak..", kemudian tubuhnya membalik kembali, tetapi posisinya masih di atas. Ia pegang penisku dengan lembut dan menuntunnya memasuki liang surgawinya, dan., "Aachh.., sshh.., sshh..". Penisku serasa dijepit oleh sesuatu yang berdenyut-denyut lembut, dan itu adalah kewanitaannya.<br />
<br />
Dia memompa dari atas naik turun beberapa kali, kemudian akhirnya dia merebahkan dirinya ke samping saya, dan meminta saya untuk menyetubuhinya dari atas. Aku naik ke tubuhnya dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya dan mulailah aku memompa dari atas, "Aauch.., auucchh, Mass.., saya mau pipiss.., aachh.., aachh..", dijepitnya pinggangku dengan kedua kakinya. Penisku serasa akan pecah disedot oleh <a href="http://ceritapanas-di.blogspot.com/2011/02/cerita-panas-ngentot-sama-ayah-kandung.html">vagina</a>nya yang bersamaan dengan keluarnya "pipis"nya dan akhirnya akupun tidak tahan, dan, "Aach..", maniku muncrat di dalam kewanitaannya, "Heh.., heh.", kamipun lunglai ngos-ngosan. Sambil saling tersenyum, kucium bibirnya, kupeluk, dan sambil berkata, "Terima kasih ya Mbak..", "Malah aku yang harus berterima kasih sama Mas, karena Mas telah memberi saya kenikmatan yang sudah lama tidak saya peroleh". Pada hari-hari selanjutnya, kami bersikap biasa saja seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.Artist Hot Gossiphttp://www.blogger.com/profile/09318639630899075687noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2962027899708126060.post-73553244844368740442011-02-13T04:11:00.000-08:002011-10-22T11:59:53.772-07:00Cerita Panas Dewasa Ngentot Dengan Suster<b><a href="http://ceritapanas-di.blogspot.com/">Cerita panas Dewasa</a></b> kali ini adalah sebuah <b>Cerita seks</b> yang mana ini terjadi beberapa tahun yang lalu, dimana saat itu saya sedang dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari. Saya masih duduk di kelas 2 SMA pada saat itu. Dan dalam urusan asmara, khususnya "bercinta" saya sama sekali belum memiliki pengalaman berarti. Saya tidak tahu bagaimana memulai cerita ini, karena semuanya terjadi begitu saja. Tanpa kusadari, ini adalah awal dari semua pengalaman asmaraku sampai dengan saat ini. Sebut saja nama wanita itu Ira, karena jujur saja saya tidak tahu siapa namanya. Ira adalah seorang suster rumah sakit dimana saya dirawat. Karena terjangkit gejala pengakit hepatitis, saya harus dirawat di Rumah sakit selama beberapa hari. Selama itu juga Ira setiap saat selalu melayani dan merawatku dengan baik. Orang tuaku terlalu sibuk dengan usaha pertokoan keluarga kami, sehingga selama dirumah sakit, saya lebih banyak menghabiskan waktu seorang diri, atau kalau pas kebetulan teman-temanku datang membesukku saja.<br />
<br />
Yang kuingat, hari itu saya sudah mulai merasa agak baikkan. Saya mulai dapat duduk dari tempat tidur dan berdiri dari tempat tidur sendiri. Padahal sebelumnya, jangankan untuk berdiri, untuk membalikkan tubuh pada saat tidurpun rasanya sangat berat dan lemah sekali. Siang itu udara terasa agak panas, dan pengap. Sekalipun ruang kamarku ber AC, dan cukup luas untuk diriku seorang diri. Namun, saya benar-benar merasa pengap dan sekujur tubuhku rasanya lengket. Yah, saya memang sudah beberapa hari tidak mandi. Maklum, dokter belum mengijinkan aku untuk mandi sampai demamku benar-benar turun.<br />
<br />
Akhirnya saya menekan bel yang berada disamping tempat tidurku untuk memanggil suster. Tidak lama kemudian, suster Ira yang kuanggap paling cantik dan paling baik dimataku itu masuk ke kamarku. "Ada apa Dik?" tanyanya ramah sambil tersenyum, manis sekali. Tubuhnya yang sintal dan agak membungkuk sambil memeriksa suhu tubuhku membuat saya dapat melihat bentuk payudaranya yang terlihat montok dan menggiurkan.<br />
<br />
"Eh, ini Mbak. Saya merasa tubuhku lengket semua, mungkin karena cuaca hari ini panas banget dan sudah lama saya tidak mandi. Jadi saya mau tanya, apakah saya sudah boleh mandi hari ini mbak?", tanyaku sambil menjelaskan panjang lebar. Saya memang senang berbincang dengan suster cantik yang satu ini. Dia masih muda, paling tidak cuma lebih tua 4-5 tahun dari usiaku saat itu. Wajahnya yang khas itupun terlihat sangat cantik, seperti orang India kalau dilihat sekilas.<br />
<br />
"Oh, begitu. Tapi saya tidak berani kasih jawabannya sekarang Dik. Mbak musti tanya dulu sama Pak dokter apa adik sudah boleh dimandiin apa belum", jelasnya ramah. Mendengar kalimatnya untuk "memandikan", saya merasa darahku seolah berdesir keatas otak semua. Pikiran kotorku membayangkan seandainya benar Mbak Ira mau memandikan dan menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar saya terbengong sejenak, dan batang kontolku berdiri dibalik celana pasien rumah sakit yang tipis itu. "Ihh, kamu nakal deh mikirnya. Kok pake ngaceng segala sih, pasti mikir yang ngga-ngga ya. hi hi hi".<br />
<br />
Mbak Ira ternyata melihat reaksi yang terjadi pada penisku yang memang harus kuakui sempat mengeras sekali tadi. Saya cuma tersenyum menahan malu dan menutup bagian bawah tubuhku dengan selimut. "Ngga kok Mbak, cuma spontanitas aja. Ngga mikir macem-macem kok", elakku sambil melihat senyumannya yang semakin manis itu. "Hmm, kalau memang kamu mau merasa gerah karena badan terasa lengket Mbak bisa mandiin kamu, kan itu sudah kewajiban Mbak kerja disini. Tapi Mbak bener-bener ngga berani kalau Pak dokter belum mengijinkannya", lanjut Mbak Ira lagi seolah memancing gairahku. "Ngga apa-apa kok mbak, saya tahu Mbak ngga boleh sembarangan ambil keputusa" jawabku serius, saya tidak mau terlihat "nakal" dihadapan suster cantik ini. Lagi pula saya belum pengalaman dalam soal memikat wanita.<br />
<br />
Suster Ira masih tersenyum seolah menyimpan hasrat tertentu, kemudian dia mengambil bedak Purol yang ada diatas meja disamping tempat tidurku. "Dik, Mbak bedakin aja yah biar ngga gerah dan terasa lengket", lanjutnya sambil membuka tutup bedak itu dan melumuri telapak tangannya dengan bedak. Saya tidak bisa menjawab, jantungku rasanya berdebar kencang. Tahu-tahu, dia sudah membuka kancing pakaianku dan menyingkap bajuku. Saya tidak menolak, karena dibedakin juga bisa membantu menghilangkan rasa gerah pikirku saat itu. Mbak Ira kemudian menyuruhku membalikkan badan, sehingga sekarang saya dalam keadaan tengkurap diatas tempat tidur.<br />
<br />
Tangannya mulai terasa melumuri punggungku dengan bedak, terasa sejuk dan halus sekali. Pikiranku tidak bisa terkontrol, sejak dirumah sakit, memang sudah lama saya tidak membayangkan hal-hal tentang seks, ataupun melakukan onani sebagaimana biasanya saya lakukan dirumah dalam keadaan sehat. Kontolku benar-benar berdiri dan mengeras tertimpa oleh tubuhku sendiri yang dalam keadaan tenglungkup. Rasanya ingin kugesek-gesekkan kontolku di permukaan ranjang, namun tidak mungkin kulakukan karena ada Mbak Ira saat ini. fantasiku melayang jauh, apalagi sesekali tangannya yang mungil itu meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada cairan bening mengalir dari ujung kontolku karena terangsang. Beberapa saat kemudian Mbak Ira menyuruhku membalikkan badan. Saya merasa canggung bukan main, karena takut dia kembali melihat kontolku yang ereksi. "Iya Mbak..", jawabku sambil berusaha menenangkan diri, sayapun membalikkan tubuhku. Kini kupandangi wajahnya yang berada begitu dekat denganku, rasanya dapat kurasakan hembusan nafasnya dibalik hidung mancungnya itu. Kucoba menekan perasaan dan pikiran kotorku dengan memejamkan mata.<br />
<br />
Sekarang tangannya mulai membedaki dadaku, jantungku kutahan sekuat mungkin agar tidak berdegup terlalu kencang. Saya benar-benar terangsang sekali, apalagi saat beberapa kali telapak tangannya menyentuh putingku. "Ahh, geli dan enak banget", pikirku. "Wah, kok jadi keras ya? he he he", saya kaget mendengar ucapannya ini.<br />
<br />
"Ini loh, putingnya jadi keras.. kamu terangsang ya?" Mendengar ucapannya yang begitu vulgar, saya benar-benar terangsang. Kontolku langsung berdiri kembali bahkan lebih keras dari sebelumnya. Tapi saya tidak berani berbuat apa-apa, cuma berharap dia tidak melihat kearah kontolku. Saya cuma tersenyum dan tidak bicara apa-apa. Ternyata Mbak Ira semakin berani, dia sekarang bukan lagi membedaki tubuhku, melainkan memainkan putingku dengan jari telunjuknya. Diputar-putar dan sesekali dicubitnya putingku. "Ahh, geli Mbak. Jangan digituin", kataku menahan malu.<br />
<br />
"Kenapa? Ternyata cowok bisa terangsang juga yah kalau putingnya dimainkan gini", lanjutnya sambil melepas jari-jari nakalnya. Saya benar-benar kehabisan kata-kata, dilema kurasakan. Disatu sisi saya ingin terus di"kerjain" oleh Mbak Ira, satu sisi saya merasa malu dan takut ketahuan orang lain yang mungkin saja tiba-tiba masuk.<br />
<br />
"Dik Iwan sudah punya pacar?", tanya Mbak Ira kepadaku. "Belum Mbak", jawabku berdebar, karena membayangkan ke arah mana dia akan berbicara. "Dik Iwan, pernah main sama cewek ngga?", tanyanya lagi. "Belum mbak" jawabku lagi. "hi.. hi.. hi.. masa ngga pernah main sama cewek sih", lanjutnya centil. Aduh pikirku, betapa bodohnya saya bisa sampai terjebak olehnya. Memangnya "main" apaan yang saya pikirkan barusan. Pasti dia berpikir saya benar-benar "nakal" pikirku saat itu. "Pantes deh, de Iwan dari tadi Mbak perhatiin ngaceng terus, Dik Iwan mau main-main sama Mbak ya? Wow, nafsuku langsung bergolak. Saya cuma terbengong-bengong. Belum sempat saya menjawab, Mbak Ira sudah memulai aksinya. Dicumbuinya dadaku, diendus dan ditiup-tiupnya putingku. Terasa sejuk dan geli sekali, kemudian dijilatnya putingku, dan dihisap sambil memainkan putingku didalam mulutnya dengan lidah dan gigi-gigi kecilnya.<br />
<br />
"Ahh, geli Mbak"m rintihku keenakan. Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan akhirnya mulutku. Awalnya saya cuma diam saja tidak bisa apa-apa, setelah beberapa saat saya mulai berani membalas ciumannya. Saat lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit mulutku, terasa sangat geli dan enak, kubalas dengan memelintir lidahnya dengan lidahku. Kuhisap lidahnya dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu. Sesekali saya mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh mulutnya yang merah tipis itu. Tanganku mulai berani, mulai kuraba pinggulnya yang montok itu. Namun, saat saya mencoba menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri. "Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bisa gawat", katanya. Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari tempat tidur dan berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak disudut kamar.<br />
<br />
Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian dia menghidupkan kran bak mandi sehingga suara deru air agak merisik dalam ruang kecil itu. Tangannya dengan tangkas menanggalkan semua pakaian dan celanaku sampai saya telangjang bulat. Kemudian dia sendiripun melepas topi susternya, digantungnya di balik pintu, dan melepas beberapa kancing seragamnya sehingga saya sekarang dapat melihat bentuk sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik Bra-nya yang berwarna hitam. Kami pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini lebih panas dan bernafsu. Saya belum pernah berciuman dengan wanita, namun Mbak Ira benar-benar pintar membimbingku. Sebentar saja sudah banyak jurus yang kepelajari darinya dalam berciuman. Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Kontolku yang berdiri tegak kudekatkan kepahanya dan kugesek-gesekkan. Ahh enak sekali. Tanganku pun makin nekat meremas dan membuka Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada dihadapanku, kuciumi puting susunya, kuhisap dan memainkannya dengan lidah dan sesekali menggigitnya.<br />
<br />
"Yes, enak.. ouh geli Wan, ah.. kamu pinter banget sih", desahnya seolah geram sambil meremas rambutku dan membenamkannya ke dadanya. Kini tangannya mulai meraih kontolku, digenggamnya. Tersentak saya dibuatnya. Genggamannya begitu erat, namun terasa hangat dan nikmat. Saya pun melepas kulumanku di putingnya, kini kududuk diatas closet sambil membiarkan Mbak Ira memainkan kontolku dengan tangannya. Dia jongkok mengahadap selangkanganku, dikocoknya kontolku pelan-pelan dengan kedua tangannya. "Ahh, enak banget Mbak.. asik.. ahh.. ahh..", desahku menahan agar tidak menyemburkan maniku cepat-cepat. Kuremas payudaranya saat dia terus mengocok kontolku, sekarang kulihat dia mulai menyelipkan tangan kirinya diselangkannya sendiri, digosok-gosoknya tangannya ke arah memeknya sendiri. Melihat aksinya itu saya benar-benar terangsang sekali. Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan memeknya dengan jempol kakiku. Ternyata dia tidak mengelak, dia malah melepas celana dalamnya dan berjongkok tepat diatas posisi kakiku.<br />
<br />
Kami saling melayani, tangannya mengocok kontolku pelan sambil melumurinya dengan ludahnya sehingga makin licin dan basah, sementara saya sibuk menggelitik memeknya yang ditumbuhi bulu-bulu keriting itu dengan kakiku. Terasa basah dan sedikit becek, padahal saya cuma menggosok-gosok saja dengan jempol kaki. "Yes.. ah.. nakal banget kamu Wan.. em, em, eh.. enak banget", desahnya keras. Namun suara cipratan air bak begitu keras sehingga saya tidak khawatir didengar orang. Saya juga membalas desahannya dengan keras juga. "Mbak Ira, sedotin kontol saya dong.. please.. saya kepingin banget", pintaku karena memang sudah dari tadi saya mengharapkan sedotan mulutnya di kontolku seperti adegan film BF yang biasa kutonton. "Ih.. kamu nakal yah", jawabnya sambil tersenyum. Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala kontolku yang sudah licin oleh cairan pelumas dan air ludahnya itu. Saya cuma bisa menahan nafas, sesaat gerakan jempol kakiku terhenti menahan kenikmatan yang sama sekali belum pernah kurasakan sebelumnya.<br />
<br />
Dan tiba-tiba dia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya yang terbuka lebar, kemudian dikatupnya mulutnya sehingga kini kontolku terjepit dalam mulutnya, disedotnya sedikit batang kontolku sehingga saya merasa sekujur tubuhku serasa mengejang, kemudian ditariknya kontolku keluar. "Ahh.. ahh..", saya mendesah keenakkan setiap kali tarikan tangannya dan mulutnya untuk mengeluarkan kontolku dari jepitan bibirnya yang manis itu. Kupegang kepalanya untuk menahan gerakan tarikan kepalanya agar jangan terlalu cepat. Namun, sedotan dan jilatannya sesekali disekeliling kepala kontolku didalam mulutnya benar-benar terasa geli dan nikmat sekali.<br />
<br />
Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba saya merasa getaran di sekujur batang kontolku. Kutahan kepalanya agar kontolku tetap berada dsidalam mulutnya. Seolah tahu bahwa saya akan segera "keluar", Mbak Ira menghisap semakin kencang, disedot dan terus disedotnya kontolku. Terasa agak perih, namun sangat enak sekali. "AHH.. AHH.. Ahh.. ahh", teriakku mendadak tersemprot cairan mani yang sangat kental dan banyak karena sudah lama tidak dikeluarkan itu kedalam mulut Mbak Ira.<br />
<br />
Dia terus memnghisap dan menelan maniku seolah menikmati cairan yang kutembakkan itu, matanya merem-melek seolah ikut merasakan kenikmatan yang kurasakan. Kubiarkan beberapa saat kontolku dikulum dan dijilatnya sampai bersih, sampai kontolku melemas dan lunglai, baru dilepaskannya sedotannya. Sekarang dia duduk di dinding kamar mandi, masih mengenakan pakaian seragam dengan kancing dan Bra terbuka, ia duduk dan mengangkat roknya ke atas, sehingga kini memeknya yang sudah tidak ditutupi CD itu terlihat jelas olehku. Dia mebuka lebar pahanya, dan digosok-gosoknya memeknya dengan jari-jari mungilnya itu. Saya cuma terbelalak dan terus menikmati pemandangan langka dan indah ini. Sungguh belum pernah saya melihat seorang wanita melakukan masturbasi dihadapanku secara langsung, apalagi wanita itu secantik dan semanis Mbak Ira. Sesaat kemudian kontolku sudah mulai berdiri lagi, kuremas dan kukocok sendiri kontolku sambil tetap duduk di atas toilet sambil memandang aktifitas "panas" yang dilakukan Mbak Ira. Desahannya memenuhi ruang kamar mandi, diselingi deru air bak mandi sehingga desahan itu menggema dan terdengar begitu menggoda.<br />
<br />
Saat melihat saya mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok kontol sendiri, Mbak Ira tampak semakin terangsang juga. Tampak tangannya mulai menyelip sedikit masuk kedalam memeknya, dan digosoknya semakin cepat dan cepat. Tangan satunya lagi memainkan puting susunya sendiri yang masih mengeras dan terlihat makin mancung itu. "Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas ya..", canda Mbak Ira sambil mendekati diriku. Kembali digenggamnya kontolku dengan menggunakan tangan yang tadi baru saja dipakai untuk memainkan memeknya. Cairan memeknya di tangan itu membuat kontolku yang sedari tadi sudah mulai kering dari air ludah Mbak Ira, kini kembali basah. Saya mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih memeknya dengan jari-jari tanganku, tapi Mbak Ira menepisnya. "Ngga usah, biar cukup Mbak aja yang puasin kamu.. hehehe", agak kecewa saya mendengar tolakannya ini.<br />
<br />
Mungkin dia khawatir saya memasukkan jari tanganku sehingga merusak selaput darahnya pikirku, sehingga saya cuma diam saja dan kembali menikmati permainannya atas kontolku untuk kedua kalinya dalam kurun waktu 10 menit terakhir ini. Kali ini saya bertahan cukup lama, air bak pun sampai penuh sementara kami masih asyik "bermain" di dalam sana. Dihisap, disedot, dan sesekali dikocoknya kontolku dengan cepat, benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa letih dan basah oleh peluh keringat. Mbak Ira pun tampak letih, keringat mengalir dari keningnya, sementara mulutnya terlihat sibuk menghisap kontolku sampai pipinya terlihat kempot. Untuk beberapa saat kami berkonsentrasi dengan aktifitas ini. Mbak Ira sunggu hebat pikirku, dia mengulum kontolku, namun dia juga sambil memainkan memeknya sendiri.<br />
<br />
Setelah beberapa saat, dia melepaskan hisapannya. Dia merintih, "Ah.. ahh.. ahh.. Mbak mau keluar Wan, Mbak mau keluar", teriaknya sambil mempercepat gosokan tangannya. "Sini mbak, saya mau menjilatnya", jawabku spontan, karena teringat adegan film BF dimana pernah kulihat prianya menjilat memek wanita yang sedang orgasme dengan bernafsu. Mbak Ira pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya memeknya ke arah mulutku. "Nih.. cepet hisap Wan, hisap..", desahnya seolah memelas. Langsung kuhisap memeknya dengan kuat, tanganku terus mengocok kontolku. Aku benar-benar menikmati pengalaman indah ini. Beberapa saat kemudian kurasakan getaran hebat dari pinggul dan memeknya. Kepalaku dibenamkannya ke memeknya sampai hidungku tergencet diantara bulu-bulu jembutnya. Kuhisap dan kusedot sambil memainkan lidahku di seputar kelentitnya.<br />
<br />
"Ahh.. ahh..", desah Mbak Ira disaat terakhir berbarengan dengan cairan hangat yang mengalir memenuhi hidung dan mulutku, hampir muntah saya dibuatnya saking banyaknya cairan yang keluar dan tercium bau amis itu. Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar kurasakan bagaikan gejolak pil ekstasi saja, tak lama kemudian sayapun orgasme untuk kedua kalinya. Kali ini tidak sebanyak yang pertama cairan yang keluar, namun benar-benar seperti membawaku terbang ke langit ke tujuh. Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan. Dia duduk diatas pangkuanku, cairan memeknya membasahi kontolku yang sudah lemas. Kami sempat berciuman beberapa saat dan meninggalkan beberapa pesan untuk saling merahasiakan kejadian ini dan membuat janji dilain waktu sebelum akhirnya kami keluar dari kamar mandi. Dan semuanya masih dalam keadaan aman-aman saja.<br />
<br />
Mbak Ira, adalah wanita pertama yang mengajariku permainan seks. Sejak itu saya sempat menjalin hubungan gelap dengan Mbak Ira selama hampir 2 tahun, selama SMA saya dan dia sering berjanji bertemu, entah di motel ataupun di tempat kostnya yang sepi. Keperjakaanku tidak hanya kuberikan kepadanya, tapi sebaliknya keperawanannya pun akhirnya kurenggut setelah beberapa kali kami melakukan sekedar esek-esek. Kini saya sudah kuliah di luar kota, sementara Mbak Ira masih kerja di Rumah sakit itu. Saya jarang menanyakan kabarnya, lagi pula hubunganku dengannya tidak lain hanya sekedar saling memuaskan kebutuhan seks. Konon, katanya dia sering merasa "horny" menjadi perawat. Begitu pula pengakuan teman-temannya sesama suster. Saya bahkan sempat beberapa kali bercinta dengan teman-teman Mbak Ira. Pengalaman masuk rumah sakit, benar-benar membawa pengalaman indah bagi hidupku, paling tidak masa mudaku benar-benar nikmat. Mbak Ira, benar-benar fantastis menurutku..<br />
<br />
Ya itulah <b>cerita panas dewasa ngentot dengan suster</b> :) dan kita akan ketemu lagi pada kumpulan <a href="http://ceritapanasdi.blogspot.com/">cerita panas</a> lainnya.Artist Hot Gossiphttp://www.blogger.com/profile/09318639630899075687noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2962027899708126060.post-115714152508509752011-02-11T02:57:00.000-08:002011-10-22T11:58:36.908-07:00Cerita Panas Ngentot Sama Ayah KandungSelepas SMA, Fenti, waktu itu 20 tahun, melanjutkan studinya ke Akademi Sekretaris ternama di Bandung. Dengan wajah sangat cantik, tubuh tinggi semampai, dan kemampuan akademis yang cukup baik, pantaslah kalau Fenti memasuki akademi tersebut. Pacar Fenti sejak SMA, Ganjar, tetap setia dan semakin serius dalam menjalin hubungan dengan Fenti. "Mau kemana lagi, Fen?" tanya Ganjar sambil melirik ke Fenti. "Pulang, ah.. Aku capek sehabis ujian tadi," jawab Fenti sambil bersandar pada jok mobil, matanya terpejam. Ganjar sekilas melirik pada paha Fenti yang putih mulus. Rok mini yang dipakai Fenti naik tersingkap dengan posisi duduk Fenti tersebut.<br />
<br />
"Fen, kita ke motel dulu, ya..?" ajak Ganjar.<br />
"Yee, kamu horny ya?" kata Fenti melirik Ganjar sambil tersenyum.<br />
"Habisnya aku tidak tahan melihat kamu..." kata Ganjar sambil tersenyum pula.<br />
"Ya sudah, mau dimana?" tanya Fenti sambil tangannya mengelus paha Ganjar yang sedang mengemudi.<br />
<br />
Ganjar tak menjawab. Hanya senyuman saja yang tampak di wajahnya sementara mobil diarahkannya menuju sebuah motel.. "Buka dong semua pakaian kamu," kata Ganjar sementara dia sendiri melucuti semua pakaiannya. "Ih dasar otak horny!" kata Fenty tersenyum sambil melepas seragam kuliahnya. "Aku cinta kamu.." kata Ganjar sambil memeluk tubuh telanjang Fenti dari belakang. Satu tangan meremas buah dada Fenty, sementara satu tangan mengelus dan mengusap memeknya.<br />
<br />
"Mmhh..." desah Fenty sambil terpejam. Tangan Fenty menggenggam kontol Ganjar yang sudah tegak dan sesekali mengenai belahan pantatnya. "Mmhh.. Enak sayang..." bisik Ganjar ketika Fenty mengocok kontolnya. Fenty tersenyum dan langsung membalikkan badannya menghadap Ganjar lalu mengecup bibirnya. Ganjar membalas kecupan bibir Fenty dengan hangat. "Hisap, dong..." bisik Ganjar di telingan Fenty.<br />
<br />
Fenty tersenyum sambil merendahkan badannya dan langsung berjongkok. Wajahnya tepat di depan kontol Ganjar yang sudah berdiri tegak. Lidah Fenty mulai menjilati kepala kontol Ganjar sementara tangannya tetap mengocok batangnya. "Ohh.. Enak sayang..." bisik Ganjar sambil memompa kontolnya pelan ketika Fenty mulai mengulum batang kontolnya. Jilatan, hisapan serta kocokan tangan Fenty pada kontolnya membuat Ganjar mengejang menahan nikmat. "Gantian dong..." kata Fenty sambil bangkit setelah beberapa waktu.<br />
<br />
Fenty bersandar ke dinding sambil berdiri. Ganjar jongkok lalu diciumnya bulu kemaluan Fenty. Fenty memejamkan matanya dan melebarkan kakinya ketika lidah ganjar mulai menelusuri belahan memeknya. "Oww.. Enak banget, sayang," kata Fenty sambil memegang kepala Ganjar dan mendesakan ke memeknya. Pinggulnya bergerak naik turun ketika lidah Ganjar bermain di lubang memek dan kelentitnya bergantian. "Ohh.. Sshh..." desis Fenty merasakan kenikmatan yang tak terhingga. Fenty terpejam dan mendongak sambil mendesakkan kepala Ganjar lebih keras ke memeknya ketika ada sesuatu yang sangat nikmat tiada tara yang mau keluar..<br />
<br />
"Ohh.. Ohh.. Ohh..." Fenty menjerit pelan tertahan ketika mencapai puncak orgasmenya. Terasa ada yang menyembur hangat enak di dalam memeknya. "Mmhh.. Enak sekali sayang," kata Fenty sambil agak membungkuk lalu mencium bibir Ganjar yang masih basah oleh cairan memeknya. Ganjar sepertinya sudah tidak tahan lagi. Setelah membalas ciuman Fenty sesaat, segera ditariknya tubuh Fenty ke atas ranjang. Fenty telentang sambil membuka kakinya lebar. Dengan tak sabar Ganjar segera menaiki tubuhnya lalu mengarahkan kontolnya ke memek Fenty. Tangan Fenty segera menggenggam dan membimbing kontol Ganjar ke lubang memeknya. Dengan sekali desakan, kontol Ganjar sudah masuk ke memek Fenty. Kontol Ganjar keluar masuk memek Fenty disertai bunyi khas..<br />
<br />
"Mmhh..." Fenty mendesah sambil terpejam sementara pinggulnya bergoyang mengimbangi gerakan Ganjar. "Enak sekali, sayangghh..." desah Ganjar. Setelah beberapa waktu dan beberapa posisi bersetubuh mereka lakukan, Ganjar hampir mencapai puncak kenikmatannya. Kontol Ganjar semakin cepat keluar masuk memek Fenty. Ketika puncaknya, Ganjar segera mencabut kontolnya lalu turun dan berdiri di pinggir ranjang. Fenty yang sudah terbiasa, langsung mengerti. Kontol Ganjar yang masih basah oleh cairan memeknya segera dikulum han dihisap kuat sambil dikocok pelan. Ganjar terpejam sambil memegang kepala Fenty dan mendesakkan kontolnya agak dalam ke mulut Fenty. Tak lama, crott! Crott! Crott! Air mani Ganjar tumpah di dalam mulut Fenty yang terus menghisap kontolnya.<br />
<br />
"Wohh.. Enak sekali, sayang," ujar Ganjar dengan nafas berat. Fenty tersenyum sambil menjilati batang dan kepala kontol Ganjar dari sisa air maninya yang masih menempel. Lalu mereka berciuman.. "Cepat pulang ah..." kata Fenty setelah mereka selesai berpakaian dan merapikan diri. "Ya sayang..." kata Ganjar sambil menggandeng Fenty keluar kamar. Sesampai di rumah, Ganjar segera pulang setelah berpamitan kepada Papa dan mama Fenty.<br />
<br />
"Lama amat sih, Fen?" tanya mamanya. "Iya, mam.. Tadi kami nyimpang dulu ke tempat makan," kata Fenty ringan sambil segera ke kamarnya untuk ganti pakaian. Malam harinya, ketika mereka sedang nonton TV, Papa dan Mama Fenty segera bangkit dari tempat duduk karena sudah waktunya jam tidur. "Kamu jangan terlalu malam begadang, nanti sakit kepala," kata mamanya kepada Fenty. Iya, Mam.. Tanggung nih film sedang seru-serunya," kata Fenty sambil matanya terus melihat TV. Lalu mereka segera masuk kamar. Setelah beberapa menit, telinga Fenty menangkap suara ranjang berderit berulang-ulang. Sebetulnya Fenty sudah mengerti apa yang sedang terjadi di kamar orang tuanya. Fenty bersikap cuek saja awalnya. Tapi rasa penasaran dihatinya membuat Fenty ingin mengintip mereka. Segera fenty bangkit lalu mengendap mengintip dari lubang kunci. Walaupun tidak terlalu jelas tapi Fenty dapat melihat Papa Mamanya sedang bersetubuh.<br />
<br />
Darah Fenty berdesir karenanya. Ketika mata Fenty melihat buah zakar dan kontol papanya yang keluar masuk memek Mamanya, darahnya makin berdesir. Matanya lebih jelas lagi melihat kontol papanya ketika mereka telah selesai bersetubuh, papanya bangkit dan mengelap kontolnya yang basah. Tampak jelas di mata Fenty betapa kontol papanya lebih besar dari kontol Ganjar. Fenty segera berdiri, mematikan TV lalu segera bergegas masuk kamarnya. Di atas ranjang, Fenty tidak bisa memejamkan matanya. Terbayang terus persetubuhan Papa Mamanya tadi, terlebih ketika terbayang kontol Papanya yang besar.. Perasaan Fenty jadi gelisah. Sejak saat itu Fenty secara sadar arau tidak selalu memperhatikan gerak gerik Papanya. Apalagi bila Papanya hanya memakai kolor saja. Mata Fenty selalu mencuri pandang ke paha dan selangkangan Papanya. Papa Fenty waktu itu berumur 43 tahun. Badannya bersih dan tegap.<br />
<br />
Suatu malam..<br />
<br />
"Pijitin pundak Papa, Fen.. Pegal amat," kata Papa Fenty waktu mereka nonton TV.<br />
"Kalau begitu Papa duduk di bawah biar Fenty gampang mijitnya," kata Fenty. Papanya segera turun dari kursi lalu duduk di lantai. Fenty segera memijit pundak Papanya sambil nonton TV. "Mama ngantuk ah.. Mau tidur duluan, Pa..." kata Mamanya sambil bangkit dan menuju kamarnya. "Fenty sayang Papa," bisik Fenty sambil merangkulkan tangannya ke leher Papanya. "Nah, biasanya suka ada maunya kalau kamu sudah begini," kata Papanya sambil tersenyum dan menoleh ke Fenty. "Mm.. Fenty tidak minta apa-apa kok, Pa..." bisik Fenty lagi manja. "Fenty hanya mau bilang kalau Fenty sayang Papa," kata Fenty sambil mencium pipi Papanya. Papanya diam sambil tersenyum sambil tanganya memegang tangan Fenty yang sedang memeluk dirinya dari belakang.<br />
<br />
"Tumben kamu manja begini," kata Papanya sambil menoleh dan menatap Fenty lama. Fenty tersenyum lalu mencium pipi Papanya lagi berkali-kali. Darah Fenty mulai berdesir. "Ada apa sih, Fen?" kata Papanya lagi sambil tersenyum. Ucapan Papanya tidak bisa terus ketika bibir mungil Fenty mengecup bibirnya. "Fenty sangat sayang Papa," bisik Fenty lirih sambil bibirnya melumat hangat bibir Papanya. Papa Fenty pada awalnya kaget atas tindakan putrinya ini, tapi lama kelamaan sentuhan hangat bibir Fenty bisa menghangatkan perasaan dan gairahnya. Dibalasnya ciuman Fenty dengan hangat pula. "Mm..." suara Fenty terdengar pelan. Papa Fenty bangkit lalu duduk berhadapan dengan Fenty. Kembali dilumat bibir Fenty dengan agak panas. Fentypun membalasnya dengan agak panas pula. Tangan Fenty bergerak ke arah selangkangan Papanya. Sambil tetap berciuman diremasnya pelan kontol Papanya. Terasa kontol Papanya mulai bergerak tegak dan tegang..<br />
<br />
"Fenty sayang Papa," kembali Fenty berbisik. "Papa juga sama..." kata Papanya dengan nafas memburu. "Jangan disini, Pa.. Nanti Mama tahu," kata Fenty sambil bangkit dan menarik tangan Papanya ke kamar belakang. Papanya menurut mengikuti Fenty. Fenty langsung memeluk dan melumat bibir Papanya dengan liar, Papanyapun membalasnya semakin panas. Tangan Fenty mulai berani disusupkan dan masuk ke celana kolor Papanya, lalu tanpa ragu menggenggam dan meremasnya pelan. "Mmhh..." suara Papanya tertahan karena masih berciuman. Fenty kemudian melepaskan pelukannya lalu merendahkan tubuhnya hingga jongkok. Diperosotkan celana kolor Papanya sampai lutut hingga kontol besarnya yang tegak tampak di depan wajahnya. Fenty mengocok pelan kontol Papanya lalu segera mengulumnya. Papanya terpejam sambil memegang kepala Fenty.<br />
<br />
"Ohh..." desah Papanya. Dimaju mundurkan kontolnya di dalam mulut Fenty. Setelah beberapa lama, tubuh Papanya bergetar lalu... Crott! Crott! Crott! Air mani Papanya muncrat di dalam mulut Fenty. Fenty dengan tenang menelannya habis. Fenty lalu berdiri sambil tersenyum. "Fenty pengen, Pa.." pinta Fenty berbisik.<br />
"Tidak bisa sekarang sayang," kata Papanya sambil membetulkan celananya.<br />
"Kapan, Pa?" kata Fenty sambil memeluk dan mengecup bibir Papanya.<br />
"Kamu pulang kuliah jam berapa?" tanya Papanya. "Jam 11, Pa..."<br />
"Kalau begitu Papa jemput kamu di kampus jam 12 untuk makan siang, lalu kita cari tempat..." kata Papanya sambil tersenyum. "Iya, Pa..." kata Fenty sambil tersenyum pula. "Kasih tahu pacar kamu untuk tidak jemput, ya?" kata Papanya. Fenty mengangguk.<br />
"Sekarang tidurlah," kata Papanya sambil mencium bibir Fenty mesra.<br />
<br />
Besok harinya sesuai dengan rencana, Fenty dijemput di kampus. "Mau makan siang dimana?" tanya Papanya. "Tidak usah makan siang, Pa..." kata Fenty manja.<br />
"Langsung saja..." kata Fenty tersenyum. Papa Fentypun tersenyum. Mobil langsung di arahkan ke hotel. Di dalam kamar, mereka langsung berciuman. Fenty menatap mata Papanya lalu melepas kancing kemeja Papanya satu demi satu. "Biar Papa buka sendiri biar cepat. Waktu kita sedikit sayang. Papa harus segera ke kantor lagi," kata Papanya sambil tersenyum lalau melepas semua pakaiannya.<br />
<br />
Fenty juga sama. Tubuh Fenty telentang di atas ranjang. Papanya segera duduk di pinggir ranjang. Tangannya mulai mengelus dan meremas buah dada Fenty. Fenty terpejam menikmati belaian Papanya itu. Sementara tangannya dengan segera meraih kontol Papanya yang sudah tegang besar. Diremas dan dikocoknya pelan. Tangan Papanya mulai turun ke memek Fenty. Diusap dan di gosoknya memek Fenty dengan mesra. Lalu salah satu jarinya mulai memainkan kelentit dan lubang memeknya bergantian. Fenty terpejam sambil menggigit bibir sementara tangannya tak henti mengocok kontol Papanya.<br />
<br />
"Cepat masukkan, Pa..." pinta Fenty. Papanya tersenyum lalu bangkit dan segera menaiki tubuh anaknya. Disentuhkan kontolnya ke memek ke belahan memek Fenty. Fenty menatap mata Papanya sambil tangannya segera meraih kontol dan mengarahkan ke lubang memeknya. Dengan sedikit desakan, kontol Papanya perlahan masuk ke memek Fenty. Fenty terpejam merasakan rasa nikmat dari orang yang sangat disayanginya. Tak terasa air matanya mengalir di pipi. "Ada apa sayang?" tanya Papanya sambil terus memompa kontolnya. "Fenty sangat bahagia bisa bersama Papa saat ini," kata Fenty sambil memeluk erat Papanya. "Fenty sangat sayang Papa," bisik Fenty.<br />
"Papa juga sangat sayang kamu," kata Papanya. Fenty tersenyum sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan pinggul Papanya. Kenikamatan dan sensasi yang sangat luar biasa dirasakan oleh Fenty saat itu. Siang itu Fenty dan Papanya dengan liar bersetubuh bermandi peluh dan desahan serta jeritan kenikmatan. Sampai akhirnya terasa kontol Papanya berdenyut tanda akan mencapai orgasme. Dicabutnya kontol dari memek Fenty lalu digesek-gesekan ke belahan memeknya. Tapi Fenty dengan segera bangkit dan langsung menghisap serta mengocok kontol Papanya sampai akhirnya.. Crott! Crott! Air mani Papanya menyembur banyak di dalam mulut Fenty. Fenty menelannya dengan tenang lalu tersenyum. Papanya lalu mencium bibir Fenty.<br />
<br />
"Kamu hebat sayang..." bisik Papanya. "Lebih hebat dari Mama kamu," kata Papanya lagi. "Fenty sayang Papa..." bisik Fenty sambil tersenyum.Artist Hot Gossiphttp://www.blogger.com/profile/09318639630899075687noreply@blogger.com